2.1
Etiologi
Parese Nervus Fasialis
Kelumpuhan
nervus fasialis adalah kelumpuhan otot-otot wjah sehingga wajah passion tampak
tidak simetris pada waktu berbicara dan berekspresi. Hanya merupakan gejala
sehingga harus dicari penyebab dan derajat kelumpuhannya untuk menentukan
terapi dan prognosis.7
Parese
nervus fasialis timbul karena berbagai etiologi dengan proses patogenesis yang
bervariasi, yaitu :6
1. Trauma
Parese nervus fasialis bisa terjadi karena trauma kepala, terutama jika terjadi fraktur basis cranii, khususnya bila terjadi fraktur longitudinal. Selain itu luka tusuk, luka tembak serta penekanan forsep saat lahir juga bisa menjadi penyebab. Nervus fasialis pun dapat cedera pada operasi mastoid, operasi neuroma akusik atau neuralgia trigeminal dan operasi kelenjar parotis.
Parese nervus fasialis bisa terjadi karena trauma kepala, terutama jika terjadi fraktur basis cranii, khususnya bila terjadi fraktur longitudinal. Selain itu luka tusuk, luka tembak serta penekanan forsep saat lahir juga bisa menjadi penyebab. Nervus fasialis pun dapat cedera pada operasi mastoid, operasi neuroma akusik atau neuralgia trigeminal dan operasi kelenjar parotis.
2. Tumor
Tumor yang bermetastasis ke tulang temporal merupakan penyebab yang paling sering ditemukan. Biasanya berasal dari tumor payudara, paru-paru, dan prostat. Juga dilaporkan bahwa penyebaran langsung dari tumor regional dan sel schwann, kista dan tumor ganas maupun jinak dari kelenjar parotis bisa menginvasi cabang akhir dari nervus fasialis yang berdampak sebagai bermacam-macam tingkat kelumpuhan. Pada kasus yang sangat jarang, karena pelebaran aneurisma arteri karotis dapat mengganggu fungsi motorik nervus fasialis secara ipsilateral.
Tumor yang bermetastasis ke tulang temporal merupakan penyebab yang paling sering ditemukan. Biasanya berasal dari tumor payudara, paru-paru, dan prostat. Juga dilaporkan bahwa penyebaran langsung dari tumor regional dan sel schwann, kista dan tumor ganas maupun jinak dari kelenjar parotis bisa menginvasi cabang akhir dari nervus fasialis yang berdampak sebagai bermacam-macam tingkat kelumpuhan. Pada kasus yang sangat jarang, karena pelebaran aneurisma arteri karotis dapat mengganggu fungsi motorik nervus fasialis secara ipsilateral.
3.
Toksik
Paralisis nervus fasialis perifer
telah dijelaskan dalam banyak kasus embriopati talidomid..Larutan antiseptic kloroseksol
yang banyak digunakan dalam pasta elektroda dan berbagai krim kulit, telah
dilaporkan bahwa dapat menyebabkan paralisis fasialis yang tiba-tiba.Ingesti
etilenglikol, baik dalam percobaan bunuh diri maupun mabuk, dapat mengakibatkan
kelemahan fasial tipe perifer, baik permanen ataupun temporer.
4.
Kongenital
Parese nervus fasialis bilateral
kadang merupakan kelainan congenital yang kemungkinan terjadi karena adanya
gangguan perkembangan nervus fasialis dan seringkali bersamaan dengan kelemahan
okular (sindrom Moibeus).
5.
Idiopatik (Bell’s Palsy)
Parese Bell merupakan lesi nervus
fasialis yang tidak diketahui penyebabnya atau tidak menyertai penyakit lain.
Karena proses yang dikenal awam sebagai masuk angin atau dalam bahasa inggris
“cold” nerfus facialis bisa sembab. Karena terjepit di dalam foramen
stilomastoideus dan menimbulkan kelumpuhan tipe LMN yang disebut sebagai Bell’s
Palsy.
6.
Penyakit-penyakit tertentu
Parese fasialis perifer dapat terjadi pada penyakit-penyakit
tertentu, misalnya DM, hepertensi berat, anestesi local pada pencabutan gigi,
infeksi telinga tengah, sindrom Guillian Barre.
2.2 Gejala dan Manifestasi Klinik
Otot-otot bagian atas wajah mendapat persarafan dari 2
sisi. Karena itu, terdapat perbedaan antara gejala kelumpuhan saraf VII jenis
sentral dan perifer. Pada gangguan sentral, sekitar mata dan dahi yang mendapat
persarafan dari 2 sisi, tidak lumpuh ; yang lumpuh ialah bagian bawah dari
wajah. Pada gangguan N VII jenis perifer (gangguan berada di inti atau di
serabut saraf) maka semua otot sesisi wajah lumpuh dan mungkin juga termasuk
cabang saraf yang mengurus pengecapan dan sekresi ludah yang berjalan bersama
N. Fasialis.9
Bagian inti motorik yang mengurus wajah bagian bawah
mendapat persarafan dari korteks motorik kontralateral, sedangkan yang mengurus
wajah bagian atas mendapat persarafan dari kedua sisi korteks motorik
(bilateral) (gambar 3). Karenanya kerusakan sesisi pada upper motor neuron dari
nervus VII (lesi pada traktus piramidalis atau korteks motorik) akan
mengakibatkan kelumpuhan pada otot-otot wajah bagian bawah, sedangkan bagian
atasnya tidak. Penderitanya masih dapat mengangkat alis, mengerutkan dahi dan
menutup mata (persarafan bilateral) ; tetapi pasien kurang dapat mengangkat
sudut mulut (menyeringai, memperlihatkan gigi geligi) pada sisi yang lumpuh
bila disuruh. Kontraksi involunter masih dapat terjadi, bila penderita tertawa
secara spontan, maka sudut mulut dapat terangkat.9
Pada lesi motor
neuron, semua gerakan otot wajah, baik yang volunter maupun yang involunter,
lumpuh. Lesi supranuklir (upper motor neuron) nervus VII sering merupakan
bagian dari hemiplegia. Hal ini dapat dijumpai pada strok dan
lesi-butuh-ruang (space occupying
lesion) yang mengenai korteks motorik, kapsula interna, talamus, mesensefalon
dan pons di atas inti nervus VII. Dalam hal demikian pengecapan dan salivasi
tidak terganggu. Kelumpuhan nervus VII supranuklir pada kedua sisi dapat
dijumpai pada paralisis pseudobulber.9
Gejala
dan manifestasi klinik yang berhubungan dengan lokasi lesi:6
A.
Lesi
di luar foramen stilomastoideus
Mulut tertarik kearah
sisi mulut yang sehat, makan terkumpul di antara pipi dan gusi. Lipatan kulit
dahi menghilang. Apabila mata yang terkena tidak ditutup atau tidak dilindungi
maka air mata akan keluar terus menerus.
B.
Lesi
di kanalis fasialis (melibatkan korda timpani)
Gejala dan tanda klinik
seperti pada (1), ditambah dengan hilangnya ketajaman pengecapan lidah (2/3
bagian depan) dan salivasi di sisi yang terkena berkurang. Hilangnya daya
pengecapan pada lidah menunjukkan terlibatnya nervus intermedius, sekaligus
menunjukkan lesi di antara pons dan titik dimana korda timpani bergabung dengan
nervus fasialis di kanalis fasialis.
C.
Lesi
di kanalis fasialis lebih tinggi lagi (melibatkan muskulus stapedius)
Gejala dan tanda klinik
seperti (1) dan (2) di tambah dengan hiperakusis
D.
Lesi
ditempat yang lebih tinggi lagi (melibatkan ganglion genikulatum)
Gejala dan tanda
kilinik seperti pada (1),(2),(3) disertai dengan nyeri di belakang dan didalam
liang telinga. Kasus seperti ini dapat terjadi pascaherpes di membrana timpani
dan konka. Sindrom Ramsay-Hunt adalah parese fasialis perifer yang berhubungan
dengan herpes zoster di ganglion genikulatum. Lesi herpertik terlihat di
membrana timpani, kanalis auditorius eksterna dan pinna.
E.
Lesi
di meatus akustikus internus
Gejala dan tanda klinik
seperti diatas ditambah dengan tuli akibat terlibatnya nervus akustikus
F.
Lesi
ditempat keluarnya nervus fasialis dari pons
Gejala dan tanda klinik
sama dengan diatas, disertai gejala dan tanda terlibatnya nervus trigeminus,
nervus akustikus dan kadang – kadang juga nervus abdusen, nervus aksesorius dan
nervus hipoglossus.
Jadi, berdasarkan topografi letak lesi, gejala parese nervus fasialis terdiri atas:6
· Gejala kelumpuhan intratemporal tergantung dari letak lesi, dapat ditemukan kelumpuhan otot-otot wajah/muka, lagoftalmus, ada/tidaknya air mata pada sisi lesi, gangguan pengecap, hiperakusis, gejala neurologis pada lesi nuclear.
· Gejala kelumpuhan ekstratemporal biasanya karena gangguan pada kelenjar parotis seperti trauma, radang dan tumor.
Referat Lengkap
Bagian 5Bagian 6
Bagian 7
No comments:
Post a Comment