2.4 Klasifikasi
Epistaksis
dibedakan atas dasar sumber pendarahan atau tempat pendarahan. Sumber perdarahan
dapat berasal dari bagian anterior atau bagian posterior hidung10
- Epistaksis Anterior
Epistaksis ini dapat
berasal dari Pleksus Kiesselbach, merupakan sumber perdarahan paling sering
dijumpai pada anak-anak. Perdarahan dapat berhenti sendiri (spontan) dan dapat
dikendalikan dengan tindakan sederhana.
- Epistaksis Posterior
Epistaksis posterior dapat berasal dari arteri sfenopalatina (area
Woodruff, dibawah bagian posterior konka nasalis inferior) atau arteri etmoid
posterior3.
Perdarahan biasanya hebat dan jarang berhenti dengan
sendirinya. Pasien terus mengeluhkan darah mengalir dibelakang tenggorokkannya.4
Epistaksis ini sering ditemukan pada pasien hipertensi, arteriosclerosis
atau pasien dengan penyakit kardiovaskuler.9
Gambar
3. Epistaksis anterior (atas) dan Epistaksis posterior (bawah) 9
2.5 Etiologi
Seringkali epistaksis timbul spontan tanpa dapat
ditelusuri penyebabnya. Namun kadang-kadang jelas disebabkan oleh trauma.2
Perdarahan hidung diawali dengan pecahnya pembuluh darah di selaput mukosa hidung.
Delapan puluh persen perdarahan berasal dari pembuluh darah pleksus
Kiesselbach. Pleksus Kiesselbach terletak di septum nasi bagian anterior, di
belakang persambungan mukokutaneus tempat pembuluh darah yang kaya anastomosis.1
Secara umum epistaksis dapat disebabkan oleh sebab-sebab
lokal seperti trauma, infeksi, neoplasma, kelainan kongenital dan bisa juga
disebabkan oleh keadaan umum atau kelainan sistemik seperti penyakit
kardiovaskuler, kelainan darah, infeksi, perubahan tekanan atmosfir dan gangguan
endokrin .1,2,8
1. Lokal
a. Trauma
Epistaksis yang berhubungan dengan trauma biasanya karena
mengeluarkan sekret dengan kuat, bersin, mengorek hidung, atau trauma seperti
terpukul. Selain itu iritasi oleh gas yang merangsang dan trauma pada
pembedahan bisa juga menyebabkan epistaksis.
b. Infeksi
Infeksi hidung dan sinus paranasal, rhinitis, sinusitis,
serta granuloma spesifik seperti sifilis, lepra, dan lupus dapat menyebabkan
epistaksis.
c. Neoplasma
Epistaksis yang berhubungan dengan neoplasma biasanya
sedikit dan intermiten, kadang-kadang disertai mukus yang bernoda darah.
Hemangioma, karsinoma,dan angiofibroma dapat menyebabkan epistaksis berat.
d. Kelainan kongenital
Kelainan kongenital yang sering menyebabkan epistaksis
adalah teleangiektasis hemoragik herediter (hereditary
hemorrhagic teleangiectasis Osler’s Disease). Pasien ini juga menderita
teleangiektasis di tangan, wajah, atau bahkan di traktus gastrointestinal atau
di pembuluh darah paru.
e. Sebab – sebab lain termasuk benda asing dan perforasi
septum
Perforasi septum dan benda asing hidung dapat menjadi
predisposisi perdarahan hidung. Bagian anterior septum nasi, bila mengalami
deviasi atau perforasi akan terpapar aliran udara pernafasan yang cenderung
mengerikan aliran sekresi hidung . Pembentukan krusta yang keras dan usaha
pelepasan krusta dengan jari dapat menimbulkan trauma. Pengeluaran krusta
berulang menyebabkan erosi membran mukosa septum yang menyebabkan perdarahan.
f. Faktor lingkungan
Misalnya tinggal didaerah tinggi, tekanan udara rendah
atau lingkungan udaranya sangat kering
2.Sistemik
a.Kelainan
darah
Kelainan darah penyebab epistaksis, misalnya trombositopenia, hemofilia dan
leukemia. Obat-obatan seperti terapi antikoagulan,
aspirin dan fenilbutazon dapat pula mempredisposisi epistaksis berulang.9
. b.
Penyakit kardiovaskular
Hipertensi dan kelainan pembuluh darah, seperti pada
arteriosklerosis, nefritis kronis,
sirosis hepatis, sifilis, diabetes melitus dapat menyebabkan epistaksis.
Epistaksis akibat hipertensi biasanya hebat, sering kambuh dan prognosinya
kurang baik.
c.infeksi sistemik
yang paling sering menyebabkan epistaksis adalah demam
berdarah dengue, selain itu juga morbili, demam tifoid dan influensa dapat juga
disertai adanya epistaksis.
d.
Gangguan endokrin
Wanita hamil,menars dan menopause sering juga dapat
menimbulkan epistaksis.
e. Perubahan tekanan atmosfir
No comments:
Post a Comment