Obat Pelumpuh Otot
dr. Meika Jasmi, M.A.
2.1 Fisiologi
Transmisi Saraf Otot
Daerah diantara motor neuron dan sel
saraf disebut neuromuscular junction.
Membran sel neuron dan serat otot
dipisahkan oleh sebuah celah (20nm) yang
disebut sebagai celah sinaps. Ketika potensial aksi mendepolarisasi
terminal saraf, ion kalsium akan masuk melalui voltage-gated calcium channels menuju sitoplasma saraf, yang
akhirnya vesikel penyimpanan menyatu dengan membran terminal dan mengeluarkan
asetilkolin. Selanjutnya asetilkolin akan berdifusi melewati celah sinaps dan
berikatan dengan reseptor nikotinik kolinergik pada daerah khusus di membran
otot yaitu motor-end plate.3
Struktur reseptor
asetilkolin bervariasi pada jaringan yang berbeda. Pada neuromuscular junction, reseptor ini terdiri dari 5 subunit
protein, yaitu 2 subunit α, dan 1 subunit β, δ, dan ε. Hanya kedua subunit α identik yang mampu untuk
mengikat asetilkolin. Apabila kedua tempat pengikatan berikatan dengan
asetilkolin, maka kanal ion di inti reseptor akan terbuka. Kanal tidak akan
terbuka apabila asetilkolin hanya menduduki satu tempat. Ketika kanal terbuka,
natrium dan kalsium akan masuk, sedangkan kalium akan keluar. Ketika cukup
reseptor yang diduduki asetilkolin, potensial motor end plate akan cukup kuat untuk mendepolarisasi membran
perijunctional yang kaya akan kanal natrium. Ketika potensial aksi berjalan sepanjang membran
otot, kanal natrium akan terbuka dan kalsium akan dikeluarkan dari retikulum
sarkoplasma. Kalsium intraseluler ini akan memfasilitasi aktin dan myosin untuk
berinteraksi yang membentuk kontraksi otot.3
Kanal natrium
memilikI dua pintu fungsional, yaitu pintu atas dan bawah. Natrium hanya akan
bisa lewat apabila kedua pintu ini terbuka. Terbukanya pintu bawah tergantung
waktu, sedangkan pintu atas tergantung tegangan.3 Asetilkolin cepat
dihidrolisis oleh asetilkolinesterase
menjadi asetil dan kolin sehingga lorong tertutup kembali dan terjadilah
repolarisasi.1
2.1 Farmakokinetik
Pelumpuh Otot
Semua pelumpuh otot larut di air,
relatif tidak larut di lemak, absorbsi kurang baik di usus dan onset akan
melambat bila diadministrasikan intramuskular. Volume distribusi dan klirens
dapat dipengaruhi oleh penyakit hati dan ginjal dan gangguan kardiovaskular.
Pada penurunan cardiac output,
distribusi obat akan melemah dan menurun, dengan perpanjangan paruh waktu,
onset yang melambat dan efek yang menguat. Pada hipovolemia, volume distribusi
menurun dan konsentrasi puncak meninggi dengan efek klinis yang lebih kuat.
Pada pasien dengan edema, volume distribusi meningkat, konsentrasi di plasma
menurun dengan efek klinis yang juga melemah. Banyak obat pelumpuh
otot sangat tergantung dengan ekskresi ginjal untuk eliminasinya. Hanya
suxamethonium, atracurium dan cisatracurium yang tidak tergantung dengan fungsi
ginjal.4
Obat pelumpuh otot tidak dapat dengan mudah melewati sawar
membran lipid seperti sawar darah otak, epitel tubulus renal, epitel gastrointestinal, atau plasenta. Oleh karena itu, obat pelumpuh otot tidak dapat
mempengaruhi sistem saraf pusat, reabsorpsinya di tubulus renal
minimal, absorpsi oral yang tidak efektif dan pemberian pada ibu hamil yang tidak
mempengaruhi fetus.5
Umur juga mempenagruhi
farmakokinetik obat pelmpuh otot. Neonatus dan infant memiliki klirens plasma
yang menurun sehingga eliminasi dan
paralisis akan memanjang. Sedangkan pada orang tua, dimana cairan tubuh sudah
berkurang, terjadi perubahan volume distribusi dan klirens plasma. Biasanya
ditemui sensitivitas yang meningkat dan efek yang memanjang. Fungsi ginjal yang
menurun dan aliran darah renal yang menurun
menyebabkan klirens yang menurun dengan efek pelumpuh otot yang
memanjang.4
2.2 Farmakodinamik
Pelumpuh Otot
Obat pelumpuh otot tidak memiliki sifat
anestesi maupun analgesik. Dosis terapeutik menghasilkan beberapa efek yaitu
ptosis, ketidakseimbangan otot ekstraokular dengan diplopia, relaksasi otot
wajah, rahang, leher dan anggota gerak dan terakhir relaksasi dinding abdomen
dan diafragma.4
Paralisis dari otot pernapasan
menyebabkan apnea. Diafragma adalah bagian tubuh yang kurang sensitif dibanding
otot lain sehingga biasanya paling terakhir lumpuh.4
Hipotensi biasa ditemukan pada
penggunaan D-tubocurarine, sedangkan hipertensi ditemukan pada penggunaan
pancuronium, takikardi pada penggunaan gallamine, rocuronium, dan pancuronium.
4
Referat Lengkap:
No comments:
Post a Comment