2.4
Patofisiologi
Yang
menjadi dasar dari syok kardiogenik adalah depresi kontraktilitas miokard yang
mengakibatkan lingkaran setan penurunan curah jantung, tekanan darah rendah,
insufisiensi koroner, dan selanjutnya terjadi penurunan kontraktilitas dan
curah jantung.
Paradigma
lama patofisiologi yang mendasari syok kardiogenik adalah depresi
kontraktilitas miokard yan mengakibatkan lingkaran penurunan jantung, tekanan
darah rendah, insufisiensi koroner, dan selannjutnya terjadi penurunan
kontraktilitas dan curah jantung. Paradigma klasik memprediksi bahwa vasokonstriksi
sistemik berkompensasi dengan peningkatan resistensi vaskular sistemik yang
terjadi sebagai respons dari penurunan curah jantung.
Penelitian
menunjukkan adanya pelepasan sitokin setelah infark miokard. Pada pasien IM,
diduga terdapat aktivasi sitokin inflamasi yang mengakibatkan peninggian kadar
iNOS (inducible nitric oxide synthase), NO, dan
peroksinitrit, di mana semuanya mempunyai efek buruk multipel antara lain :
·
Inhibisi langsung kontraktilitas
miokard
·
Supresi respirasi mitokondria pada
miokard non iskemik
·
Efek terhadap metabolisme glukosa
·
Efek proinflamasi
·
Penurunan
responsivitas katekolamin
·
Merangsang vasodilatasi sistemik
Sindrom
respon inflamasi ditemukan pada sejumlah keadaan non infeksi, antara lain
trauma, pintas kardiopulmoner, pankreatitis dan luka bakar. Pasien dengan IM
luas sering mengalami peningkatan suhu tubuh, sel darah putih, komplemen,
intraleukin, C-reactive protein dan
petanda inflamasi lain. NO yang disintesis dalam kadar rendah oleh endothelial nitrit oxide (eNOS) sel
endotel dan miokard, merupakan molekul yang bersifat kardioprotektif.
Syok
kardiogenik dapat dipandang sebagai bentuk yang berat dari kegagalan ventrikel
kiri. Peristiwa patofisiologik dan respon kompensatoriknya sesuai dengan gagal jantung, tetapi telah berkembang ke bentuk yang
lebih berat. Penurunan kontraktilitas jantung mengurangi curah jantung dan
meningkatkan volume dan tekanan akhir diastolik ventrikel kiri, hingga
mengakibatkan kongesti paru-paru dan edema.
Dengan
menurunnya tekanan arteria, maka terjadi perangsangan terhadap baroreseptor
pada aorta dan sinus karotikus. Perangsangan simpato adrenal menimbulkan
refleks vasokonstriksi, takikardia, dan meningkatkan kontraktilitas untuk
menambah curah jantung dan menstabilkan tekanan darah. Kontraktilitas akan
terus meningkat sesuai dengan hukum Starling melalui retensi natrium dan air.
Jadi, menurunnya kontraktilitas pada syok
kardiogenik akan memulai respon kompensatorik, yang meningkatkan beban
akhir dan beban awal. Meskipun mekanisme protektif ini pada mulanya akan
meningkatkan tekanan arteria darah dan perfusi jaringan, namun efeknya terhadap miokardium justru buruk karena
meningkatkan beban kerja jantung dan kebutuhan miokardium akan oksigen. Karena aliran darah
koroner tidak memadai, terbukti dengan adanya infark, maka ketidakseimbangan
antara kebutuhan dan suplai oksigen terhadap miokardium semakin meningkat. Gangguan miokardium juga terjadi
akibat iskemia dan nekrosis fokal, yang akan memperberat lingkaran setan dari
kerusakan miokardium. Dengan bertambah
buruknya kinerja ventrikel kiri, keadaan syok berkembang dengan cepat sampai akhirnya terjadi gangguan
sirkulasi hebat yang mengganggu sistem organ-organ penting.
Pengaruh sistemik dari syok akhirnya akan
membuat syok menjadi irreversibel. Beberapa organ
terserang lebih cepat dan berat daripada yang lain. Miokardium akan menderita kerusakan yang paling dini
pada keadaan syok. Selain dari bertambahnya
kerja miokardium dan kebutuhannya terhadap oksigen, beberapa perubahan
lain juga terjadi. Karena metabolisme anaerobik
dimulai pada keadaan syok, maka miokardium tidak dapat mempertahankan
cadangan fosfat (adenosin trifosfat) dalam kadar normal, dan kontraktilitas
ventrikel akan makin terganggu. Hipoksia dan asidosis menghambat pembentukan energi dan mendorong terjadinya kerusakan lebih
lanjut. dari sel-sel miokardium.
Gangguan
pernafasan terjadi sekunder akibat syok. Komplikasi yang mematikan adalah
gangguan pernafasan yang berat. Kongesti paru-paru dan edema intra-alveolar akan
mengakibatkan hipoksia dan penurunan gas-gas darah arteria. Atelektasis dan
infeksi paru-paru dapat pula terjadi. Faktor-faktor ini memicu terjadinya syok
paru, yang sekarang sering disebut sebagai sindrom distres pernafasan dewasa.
Takipnea, dispnea, dan ronki basah dapat ditemukan, demikian juga gejala-gejala yang dijelaskan
sebelumnya sebagai manifestasi gagal jantung.
Perfusi
ginjal yang menurun mengakibatkan anuria dengan keluaran kemih kurang dari 20
ml/jam. Dengan semakin berkurangnya curah jantung, biasanya menurunkan pula
keluaran kemih. Karena adanya respon kompensatorik retensi natrium dan air, maka kadar natrium dalam kemih
juga berkurang. Sejalan dengan menurunnya laju filtrasi glomerulus,
terjadi peningkatan BUN dan kreatinin. Bila hipotensi
berat dan berkepanjangan, dapat terjadi nekrosis tubular akut yang kemudian
disusul gagal ginjal akut.
Dalam
keadaan normal, aliran darah serebral biasanya menunjukan autoregulasi yang
baik, yaitu dengan usaha dilatasi sebagai respon terhadap berkurangnya
aliran darah atau iskemia. Namun, pengaturan aliran darah serebral ternyata tidak mampu mempertahankan aliran dan
perfusi yang memadai pada tekanan darah di bawah 60 mmHg. Selama
hipotensi yang berat, gejala-gejala defisit neurologik dapat ditemukan.
Kelainan ini biasanya tidak berlangsung terus jika pasien pulih dari keadaan
syok, kecuali jika disertai dengan gangguan serebrovaskular
2.5
Manifestasi Klinis
·
Sistem
Kardiovaskuler
- Gangguan sirkulasi: perifer pucat, ekstremitas dingin. Kurangnya pengisian vena perifer lebih bermakna dibandingkan penurunan tekanan darah.
- Nadi cepat dan halus.
- Tekanan pdarah rendah. Hal ini kurang bisa menjadi pegangan, karena adanya mekanisme kompensasi sampai terjadi kehilangan 1/3 dari volume sirkulasi darah.
- Vena perifer kolaps. Vena leher merupakan penilaian yang paling baik.
- CVP rendah. Normalnya 8-12 cmH2O.
·
Sistem
Respirasi
Pernapasan
cepat dan dangkal.
·
Sistem
saraf pusat
Perubahan
mental pasien syok sangat bervariasi. Bila tekanan darah rendah sampai
menyebabkan hipoksia otak, pasien menjadi gelisah sampai tidak sadar. Obat
sedatif dan analgetika jangan diberikan sampai yakin bahwa gelisahnya pasien
memang karena kesakitan.
·
Sistem
Saluran Cerna
Bisa terjadi mual dan muntah.
·
Sistem
Saluran Kemih
Produksi urin berkurang. Normal rata-rata
produksi urin pasien dewasa adalah 60 ml/jam (0,5 - 1 ml/kgbb/jam).1
Bagian lengkap
No comments:
Post a Comment