Monday, June 15, 2015

Tinea Pedis

DEFINISI
            Tinea pedis adalah dermatofitosis pada kaki, terutama pada sela-sela jari kaki dan telapak kaki.

SINONIM
            Athlete’s fooft, ringworm of the foot, kutu air

ETIOLOGI
            Tinea pedis disebabkan oleh Trichophyton rubrum sedangkan tinea interdigitalis disebabkan oleh Trichophyton mentagrophytes dan Epidermophyton floccosum.

EPIDEMIOLOGI
            Tinea pedis terdapat di seluruh dunia, khususnya negara-negara yang berhubungan dengan iklim dan budaya mengenakan kaos kaki dan sepatu tertutup sepanjang masa. Di Indonesia, tinea pedis tidak banyak dilihat, kecuali pada populasi tertentu yang menggunakan sepatu tertutup dan kaos kaki, misalnya pada olahragawan dan anggota tentara/polisi.

GEJALA KLINIS
            Tinea pedis terdiri atas beberapa macam tipe klinis, dan yang dibahas di bawah ini adalah yang sering ditemukan.
1.      Tinea pedis yang tersering dilihat adalah bentuk interdigitalis. Di antara jari IV dan V terlihat fisura yang dilingkari sisik halus dan tipis. Kelainan ini dapat meluas ke bawah jari (subdigital) dan juga ke sela jari kaki yang lain. Oleh karena daerah ini lembab, maka sering dilihat maserasi. Aspek klinis maserasi berupa kulit putih dan rapuh. Bila bagian kulit yang mati ini dibersihkan, maka akan terlihat kulit baru, yang pada umumnya juga yang telah diserang oleh jamur. Bentuk klinis ini dapat berlangsung bertahun-tahun dengan menimbulkan sedikit keluhan atau tanpa keluhan sama sekali. Pada suatu ketika keluhan ini dapat disertai infeksi sekunder oleh bakteri sehingga terjadi selulitis, limfangitis, lemfadenitis, dan dapat pula terjadi erisipelas, yang disertai dengan gejala-gejala umum. (CONANT dkk, 1971)
2.      Bentuk lain ialah yang disebut moccasin foot (Tipe papuloskuamosa hiperkeratotik menahun). Pada seluruh kaki, dari telapak, tepi sampai punggung kaki terlihat kulit menebal dan bersisik; eritema biasanya ringan dan terutama terlihat pada bagian tepi lesi. Di bagian tepi lesi dapat pula dilihat papul dan kadang-kadang vesikel. (CO-NANT dkk., 1971).
3.      Pada bentuk subakut terlihat vesikel, vesiko-pustul dan kadang-kadang bula. Kelainan ini dapat mulai pada daerah sela jari, kemudian meluas ke punggung kaki atau telapak kaki. Isi vesikel berupa cairan jernih yang kental. Selain pecah, vesikel tersebut meninggalkan sisik yang berbentuk lingkaran yang disebut koleret. Infeksi sekunder dapat terjadi juga pada bentuk ini, sehingga dapat menyebabkan selulitis, limfangitis dan kadang-kadang menyerupai erisipelas. Jamur terdapat pada bagian atap vesikel. Untuk menemukannya, sebaiknya diambil atap vesikel atau bula untuk diperiksa secara sediaan langsung atau untuk dibiak (CONANT dkk, 1971)
Tinea pedis banyak terlihat pada orang yang dalam kehidupan sehari-hari banyak bersepatu tertutup disertai perawatan kaki yang buruk dan para pekerja dengan kaki yang selalu atau sering basah. Penderita biasanya orang dewasa. Di Indonesia, penyakit ini tidak begitu sering dilihat di Poliklinik Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin di pelbagai Kota Besar.

PATOGENESIS
Tinea pedis bentuk intertriginosa merupakan suatu keadaan yang saling mempengaruhi dermatofit (Tricophyton rubrum dan Tricophyton mentagrophytes), beberapa spesies bakteri (Micrococcus sedentarius, Brevibacterium epidermidis, Corynebacterium minutissimum dan spesies negatif-Gram seperti Pseudomonas dan Proteus) dan spesies Candida meskipun jarang. Infeksi dermatofit ringan disebut dermatofitosis simpleks, dapat timbul pada sela jari-jari kaki karena lingkungan yang tertutup. Infeksi jamur akan menimbulkan kerusakan stratum korneum sehingga memungkinkan untuk tumbuhnya bakteri residen dan terjadi maserasi, rasa gatal dan bau busuk pada daerah tersebut. Infeksi campuran antara dermatofit dan bakteri disebut dermatofitosis kompleks.
Infeksi jamur superfisial ringan dapat berkembang menjadi lebih berat pada keadaan kelembaban yang tinggi dan oksklusif, dan bakteri oportunistik akan berkembang sehingga jamur akan sulit ditemukan. Syarat terjadinya tinea pedis kompleks diperlukan tiga komponen yaitu jamur, bakteri dan suasana oksklusif.
M. sendentarius ditemukan bersamaan dengan pitted keratolysis dan mengeluarkan bau tajam yang berasal dari produksi campuran sulfur. Produksi sulfur juga terdapat pada C. Minutissimun  dan B. Epidermidis, dan campuran sulfur ini bersifat fungisidal sehingga jamur ditemukan.

DIAGNOSIS
            Diagnosis dermatofitosis biasanya dapat ditegakkan dengan pemeriksaan klinis, pemeriksaan sediaan langsung dengan KOH 10-20% dan biakan. Berbeda dengan tinea korporis dan tinea kruris, diagnosis tinea pedis lebih sulit karena pemeriksaan kerokan kulit dan kultur sering tidak ditemukan jamur.
            Adanya penyakit kulit yang menyerupai tinea pedis, dapat mempersulit diagnosis tinea pedis. Hal ini disebabkan pada tinea pedis yang disertai peradangan, hifa sulit ditemukan pada pemeriksaan mikroskopis. Dapat disimpulkan bahwa bakteri turut memegang peranan pada gambaran klinik dan gejala tinea pedis.

DIAGNOSIS BANDING
Kadang-kadang perlu dibedakan dengan penyakit lain di kaki, terutama bila hanya ditemukan 1 tipe tinea pedis pada pasien.
  1. Kandidosis interdigitalis
Menurut Emmons, lesi interdigital bila disertai paronikia mungkin disebabkan oleh Candida albicans Rook menyatakan bahwa pada kandidosis maserasi dan pengelupasan epidermis lebih banyak.
  1. Retensi keringat
Lesi dermatosis yang disebabkan oleh retensi keringat berbentuk vesikel-vesikel pada telapak kaki dan jari-jari yang akan bertambah buruk bila menggunakan sepatu tertutup. Bila kelainan ini terdapat pada anak-anak prepubertas, maka diagnosis lebih condong ke arah retensi keringat. Tidak ditemukan hifa atau artrospora dapat memperkuat diagnosis.
  1. Dermatitis kontak alergik
Dermatitis kontak alergik dapat menyebabkan gatal disertai eritema, vesikel skuamasi terutama pada jari-jari, punggung dan kaki. Biasanya disebabkan karena kontak dengan sepatu karet, cat dan salap. Kelainan pada kulit telapak kaki jarang ditemukan. Hifa tidak ditemukan pada pemeriksaan kerokan kulit.
  1. Dermatitis atopik
Dermatitis atopik dapat menyebabkan skuamasi yang kering disertai gatal di sela jari dan bagian dorsal pedis. Lesi-lesi hiperkeratotik menahun identik dengan lesi oleh dermatofit. Tipe papulo skuamosa sulit dibedakan dengan keratosis plantaris kongenital dan psoriasis. Bila ditemukan hiperkeratosis yang menonjol disertai pembentukan kalus, kelainan ini mungkin tidak hanya disebabkan oleh penyakit jamur saja.
  1. Skabies pada kaki

PENATALAKSANAAN
Umum
            Hilangkan faktor predisposisi. Berhubung penyakit ini sering rekuren maka faktor predisposisi perlu dihindari. Kaos kaki yang dipakai dipilih kaos kaki yang menyerap keringat dan diganti tiap hari. Kaki harus bersih dan kering. Hindari memakai sepatu tertutup, sepatu sempit, sepatu olahraga dan sepatu plastik, terutama yang digunakan sepanjang hari. Kaki dan sela jari kaki dijaga agar selalu kering, terutama sesudah mandi dapat diberikan bedak dengan atau tanpa anti jamur.
 
Khusus
            Pengobatan tinea pedis dengan peradangan akut yang biasanya karena infeksi sekunder oleh bakteri dapat diberi antibiotik sistemik, antara lain eritromisin atau penisilin semisintetik. Pengobatan lokal berupa kompres.
            Obat topikal baru, yaitu ketoconazol 2% telah dicoba oleh Greer dan Orleans (1987), memberi respons klinik baik pada semua tipe tinea pedis bahkan pada tinea pedis tipe papuloskuamosa kronis. Kesembuhan klinik terdapat pada 83% kasus dan pemeriksaan mikologik negatif pada 80%. Selain diberikan obat topikal anti jamur, dapat pula diberikan obat peroral bila lesi luas atau menyeluruh dan kronis residif.
  • Pengobatan farmakologik tinea pedis bervariasi bergantung pada tipe dan keparahan infeksi. Bentuk tinea pedis vesikobulosa dan interdigitalis menunjukkan respon baik terhadap kebanyakan anti jamur topikal. Oleh karena terdapat infeksi campuran, derivat imidazol topikal sering dianjurkan karena obat ini aktif terhadap dermatofit yang sering terlibat dalam tinea pedis, demikian juga terhadap beberapa ragi, jamur saprofit dan bakteri positif gram. Obat ini umumnya digunakan 2X per hari selama sekurang-kurangnya 2 minggu, meskipun pengobtan selama 4 minggu mungkin diperlukan. Ketokonazol topikal juga efektif terhadap tinea pedis dan obat pilihan lain untuk tinea pedis interdigitalis adalah tofnaftat. Sering terjadi kekambuhan pada tinea pedis, sehingga perlu diberikan beberapa langkah pencegahan dan kebersihan.
  • Penggunaan bedak antijamur yang ditaburkan pada kaki dan dalam sepatu, serta kaos kaki dapat mengurangi pertumbuhan jamur. Tindakan nonfarmakologi yang penting ialah pencucian kaki setiap hari, diikuti dengan pengeringan dengan baik daerah sela jari. Pasien dianjurkan dan dipesan untuk mencegah penularan atau ia harus menghindari pemakaian sandal/sepatu yang tertutup dan tidak bertelanjang kaki ke fasilitas umum.
 PROGNOSIS
            Persistensi dan eksaserbasi akan sering terdapat, bila terdapat infeksi subklinis Trichophyton mentagrophytes varian interdigitale.


No comments:

Post a Comment

Related Post

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...