2.1
Uji
Diagnostik
Diagnosis ditegakkan dengan melakukan pemeriksaan
fungsi nervus fasialis. Tujuan pemeriksaan fungsi nervus fasialis adalah untuk
menentukan letak lesi dan menentukan derajat kelumpuhannya.1
Tujuan
pemeriksaan fungsi n. fasialis ialah
untuk menentukan derajat kelumpuhannya. Derajat kelumpuhan ditetapkan
berdasarkan hasil pemeriksaan fungsi motorik yang dihitung dalam persen (%)1
1.
Pemeriksaan
fungi saraf motorik
Yerdapat
10 otot- otot utama wajah yang bertanggungjawab untuk terciptanya mimic dan
ekspresi wajah seseorang. Adapun urutan ke sepuluh otot- otot tersebut secara
berurutan dari sisi superior adalah sebagai berikut :1
·
M. frontalis : diperiksa dengan cara mengangkat
alis mata
·
M. sourcilier : diperiksa dengan cara
mengerutkan alis
·
M. piramidalis : diperiksa dengan cara
mengangkat dan mengerutkan hidunmg ke atas
·
M. orbikularis okuli : diperiksa dengan
cara memejamkan mata sekuat-kuatnya
·
M. zigomatikus : diperiksa dengan cara
tertawa lebar sambil memperlihatkan gigi.
·
M. relevar komunis : diperiksa dengan
cara memencongkan mulut ke depan sambil memperlihatkan gigi
·
M. businator : diperiksa dengan cara
menggembungkan kedua pipi
·
M. Orbikularis oris : diperiksa dengan
menyuruh penderita bersiul.
·
M. triangularis : diperiksa dengan cara
menarik kedua sudut bibir ke bawah.
·
M. Mentalis : diperiksa dengan cara
memoncongkan mulut yang tertutup rapat ke depan.
Pada tiap gerakan dari sepuluh otot tersebut, kita bandingkan
antara kanan dan kiri :1
a. Untuk
gerakan yang normal dan simetris dinilai dengan angka satu (3)
b. Sedikit
ada gerakan dinilai dengan angka (1)
c. Diantaranya
dinilai dengan angka dua (2)
d. Tidak
ada gerakan sama sekali dinilai dengan angka nol (0)
Seluruh otot ekspresi
tiap sisi muka dalam keadaan normal akan mempunyai nilai tiga puluh (30).
2.
Tonus
Pada
keadaan istirahat tanpa kontraksi maka tonus otot menentukan terhadap
kesempurnaan mimik/ ekspresi muka. Freyss menganggap penting akan fungsi tonus
sehingga mengadakan penilaian pada setiap tingkatan kelompok otot muka, bukan
pada setiap otot.1
Cawthorne
mengemukakan bahwa tonus yang jelek memberikan gambaran prognosis yang jelek.
Penilaian tonus seluruhnya berjumlah lima belas(15) yaitu seluruhnya terdapat
lima tingkatan dikalikan tiga untuk setiap tingkatan. Apabila terdapat
hipotonus maka nilai tersebut dikurangi satu (-1) sampai minus dua(-2) pada
setiap tingkatan tergantung dari gradasinya.1
3.
Sinkinesis
Sinkinesis
menentukan suatu komplikasi dari paresis fasialis yang sering kita jumpai. Cara
mengetahui ada tidaknya sinkinosis adalah sebagai berikut :1
a. Penderita
diminta untuk memejamkan mata kuat- kuat kemudian kita melihat pergerakan otot-
otot pada daerah sudut bibir atas. Kalau pergerakan normal pada sisi paresis
lebih (hiper) dibandingkan dengan sisi normal nilainya dikurangi satu (-1) atau
dua (-2) tergantung dari gradasinya.
b. Penderita
diminta untuk tertawa lebar sambil memperlihatkan gigi, kemudian kita melihat pergerakan
otot- otot pada sudut mata bawah. Penilaian seperti pada (a)
c. Sinkesis
juga dapat dilihat pada waktu penderita berbicara (gerakan emosi) dengan
memperhatikan pergerakan otot- otot disekitar mulut. Nilai satu (1) kalau
pergerakan normal. Nilai nol (0) kalau pergerakan tidak simetris.
4.
Hemispasme
Hemispasme
merupakan suatu komplikasi yang sering dijumpai pada penyembuhan paresis
fasialis yang berat. Di periksa dengan cara penderita diminta untuk melakukan
gerakan – gerakan bersahaya seperti mengedipkan mata berulang- ulang makan akan
tampak jelas gerakan otot- otot pada sudut bibir bawah atau sudut mata bawah.
Pada penderita yang berat kadang- kadang otot- otot platisma didaerah leher
juga ikut bergerak. Untuk setiap gerakan hemispasme dinilai dengan angka minus
satu (-1)1
Fungsi motorik otot- otot tiap sisi wajah
ornag normal seluruhnya berjumlah lima puluh (50) atau 100 %. Gradasi paresis
fasialis dibandingkan dengan nilai tersebut, dikalikan dua untuk prosentasenya.1
5.
Gustometri
Sistem
pengecapan pada 2/3 anterior lidah dipersarafi oleh n. korda timpani, salah
satu cabang n. fasialis. Pada pemeriksaan fungsi n. korda timpani adalah
perbedaan ambang rangsang antara kanan dan kiri. Freyss menetapkan bahwa beda
50% antara kedua sisi adalah patologis.1,2
6.
Schirmer
Test atau Naso- Lacrymal reflex
Dianggap
sebagai pemeriksaan terbaik untuk mengetahui fungsi serabut pada simpatis dari
n. fasialis yang disalurkan melalui
nervus petrosus superfisialis mayor setinggi ganglion genikulatum. Cara
pemeriksaan dengan meletakkan kertas hisap atau lakmus lebar 0,5 cm, panjang
5-10cm pada dasar konjungtiva. Freyss menyatakan bahwa kalau ada beda kanan dan
kiri lebih atau sama dengan 50% dianggap patologis.1,2
7.
Refleks
Stapedius
Untuk menilai reflek stapedius digunakan
elektroakustik impedans meter, yaitu dengan cara memberikan rangsang pada m.
stapedius yang bertujuan untuk mengetahui fungsi N. stapedius cabang N.VII.1
Untuk mengetahui ambang rangsang permukaan n.VII
yang dikeluarkan dari foramen stilomastoid, dilakukan pemeriksaan NET (nerve
exitability test) dengan membedakan kiri dan kanan. Perbedaan yang lebih dari
3,5 mA menandakan fungsi n. VII dalam keadaan serius.1
Pada lesi yang terletak diatas gangliom genikulatum
hampir selalu diikuti oleh kelainan audiovestibular, oleh karena itu perlu
diperiksa audiovestibuler. Pemeriksaan radiologi dan elektromiografi, dilakukan
untuk melengkapi pemeriksaan. Penetapoan dan penurunan fungsi n. VII juga dapat
dilakukan dengan metode pemeriksaan menurut House- Brackman.1
8.
Sinkinesis
Sinkinesis menetukan suatu komplikasi dari parese
nervus fasialis yang sering kita jumpai. Cara mengetahui ada tidaknya
sinkinesis adalah sebagai berikut :1
a. Penderita
diminta untuk memenjamkan mata kuat-kuat kemudian kita melihat pergerakan
otot-otot pada daerah sudut bibir atas. Kalau pergerakan normal pada kedua sisi
dinilai dengan angka dua (2). Kalau pergerakan pada sisi paresis lebih (hiper)
dibandingkan dengan sisi normal nilainya dikurangi satu (-1) atau dua (-2),
tergantung dari gradasinya.
b. Penderita
diminta untuk tertawa lebar sambil memperlihatkan gigi, kemudian kita melihat
pergerakan otot-otot pada sudut mata bawah. Penilaian seperti pada (a).
c. Sinkinesis
juga dapat dilihat pada waktu penderita berbicara (gerakan emosi) dengan
memperhatikan pergerakan otot-otot sekitar mulut. Nilai satu (1) kalau
pergerakan normal. Nilai nol (0) kalau pergerakan tidak simetris.
9.
Hemispasme
Hemispasme merupakan suatu komplikasi yang sering
dijumpai pada penyembuhan parese fasialis yang berat. Diperiksa dengan cara
penderita diminta untuk melakukan gerakan-gerakan bersahaya seperti
mengedip-ngedipkan mata berulang-ulang maka bibir akan jelas tampak gerakan
otot-otot pada sudut bibir bawah atau sudut mata bawah. Pada penderita yang
berat kadang-kadang otot-otot platisma di daerah leher juga ikut bergerak.
Untuk setiap gerakan hemispasme dinilai dengan angka (-1).1
Fungsi motorik otot-otot tiap sisi wajah orang
normal seluruhnya berjumlah lima puluh (50) atau 100%. Gradasi paresis fasialis
dibandingkan dengan nilai tersebut dikalikan dua untuk persentasenya.1
No comments:
Post a Comment