Wednesday, January 28, 2015

Referat Parese Nervus Fasialis (Bagian 4)

2.1              Uji Diagnostik
Diagnosis ditegakkan dengan melakukan pemeriksaan fungsi nervus fasialis. Tujuan pemeriksaan fungsi nervus fasialis adalah untuk menentukan letak lesi dan menentukan derajat kelumpuhannya.1
Tujuan pemeriksaan fungsi n. fasialis ialah  untuk menentukan derajat kelumpuhannya. Derajat kelumpuhan ditetapkan berdasarkan hasil pemeriksaan fungsi motorik yang dihitung dalam persen (%)1
1.      Pemeriksaan fungi saraf motorik
Yerdapat 10 otot- otot utama wajah yang bertanggungjawab untuk terciptanya mimic dan ekspresi wajah seseorang. Adapun urutan ke sepuluh otot- otot tersebut secara berurutan dari sisi superior adalah sebagai berikut :1
·         M. frontalis : diperiksa dengan cara mengangkat alis mata
·         M. sourcilier : diperiksa dengan cara mengerutkan alis
·         M. piramidalis : diperiksa dengan cara mengangkat dan mengerutkan hidunmg ke atas
·         M. orbikularis okuli : diperiksa dengan cara memejamkan mata sekuat-kuatnya
·         M. zigomatikus : diperiksa dengan cara tertawa lebar sambil memperlihatkan gigi.
·         M. relevar komunis : diperiksa dengan cara memencongkan mulut ke depan sambil memperlihatkan  gigi
·         M. businator : diperiksa dengan cara menggembungkan kedua pipi
·         M. Orbikularis oris : diperiksa dengan menyuruh penderita bersiul.
·         M. triangularis : diperiksa dengan cara menarik kedua sudut bibir ke bawah.
·         M. Mentalis : diperiksa dengan cara memoncongkan mulut yang tertutup rapat ke depan.

Pada tiap gerakan  dari sepuluh otot tersebut, kita bandingkan antara kanan dan kiri :1
a.       Untuk gerakan yang normal dan simetris dinilai dengan angka satu (3)
b.      Sedikit ada gerakan dinilai dengan angka (1)
c.       Diantaranya dinilai dengan angka dua (2)
d.      Tidak ada gerakan sama sekali dinilai dengan angka nol (0)
Seluruh otot ekspresi tiap sisi muka dalam keadaan normal akan mempunyai nilai tiga puluh (30).


2.      Tonus
Pada keadaan istirahat tanpa kontraksi maka tonus otot menentukan terhadap kesempurnaan mimik/ ekspresi muka. Freyss menganggap penting akan fungsi tonus sehingga mengadakan penilaian pada setiap tingkatan kelompok otot muka, bukan pada setiap otot.1
Cawthorne mengemukakan bahwa tonus yang jelek memberikan gambaran prognosis yang jelek. Penilaian tonus seluruhnya berjumlah lima belas(15) yaitu seluruhnya terdapat lima tingkatan dikalikan tiga untuk setiap tingkatan. Apabila terdapat hipotonus maka nilai tersebut dikurangi satu (-1) sampai minus dua(-2) pada setiap tingkatan tergantung dari gradasinya.1

3.      Sinkinesis
Sinkinesis menentukan suatu komplikasi dari paresis fasialis yang sering kita jumpai. Cara mengetahui ada tidaknya sinkinosis adalah sebagai berikut :1
a.       Penderita diminta untuk memejamkan mata kuat- kuat kemudian kita melihat pergerakan otot- otot pada daerah sudut bibir atas. Kalau pergerakan normal pada sisi paresis lebih (hiper) dibandingkan dengan sisi normal nilainya dikurangi satu (-1) atau dua (-2) tergantung dari gradasinya.
b.      Penderita diminta untuk tertawa lebar sambil memperlihatkan gigi, kemudian kita melihat pergerakan otot- otot pada sudut mata bawah. Penilaian seperti pada (a)
c.       Sinkesis juga dapat dilihat pada waktu penderita berbicara (gerakan emosi) dengan memperhatikan pergerakan otot- otot disekitar mulut. Nilai satu (1) kalau pergerakan normal. Nilai nol (0) kalau pergerakan tidak simetris.

4.      Hemispasme
Hemispasme merupakan suatu komplikasi yang sering dijumpai pada penyembuhan paresis fasialis yang berat. Di periksa dengan cara penderita diminta untuk melakukan gerakan – gerakan bersahaya seperti mengedipkan mata berulang- ulang makan akan tampak jelas gerakan otot- otot pada sudut bibir bawah atau sudut mata bawah. Pada penderita yang berat kadang- kadang otot- otot platisma didaerah leher juga ikut bergerak. Untuk setiap gerakan hemispasme dinilai dengan angka minus satu (-1)1
 Fungsi motorik otot- otot tiap sisi wajah ornag normal seluruhnya berjumlah lima puluh (50) atau 100 %. Gradasi paresis fasialis dibandingkan dengan nilai tersebut, dikalikan dua untuk prosentasenya.1

5.      Gustometri
Sistem pengecapan pada 2/3 anterior lidah dipersarafi oleh n. korda timpani, salah satu cabang n. fasialis. Pada pemeriksaan fungsi n. korda timpani adalah perbedaan ambang rangsang antara kanan dan kiri. Freyss menetapkan bahwa beda 50% antara kedua sisi adalah patologis.1,2

6.      Schirmer Test atau Naso- Lacrymal reflex
Dianggap sebagai pemeriksaan terbaik untuk mengetahui fungsi serabut pada simpatis dari n. fasialis  yang disalurkan melalui nervus petrosus superfisialis mayor setinggi ganglion genikulatum. Cara pemeriksaan dengan meletakkan kertas hisap atau lakmus lebar 0,5 cm, panjang 5-10cm pada dasar konjungtiva. Freyss menyatakan bahwa kalau ada beda kanan dan kiri lebih atau sama dengan 50% dianggap patologis.1,2

7.      Refleks Stapedius
Untuk menilai reflek stapedius digunakan elektroakustik impedans meter, yaitu dengan cara memberikan rangsang pada m. stapedius yang bertujuan untuk mengetahui fungsi N. stapedius cabang N.VII.1

Untuk mengetahui ambang rangsang permukaan n.VII yang dikeluarkan dari foramen stilomastoid, dilakukan pemeriksaan NET (nerve exitability test) dengan membedakan kiri dan kanan. Perbedaan yang lebih dari 3,5 mA menandakan fungsi n. VII dalam keadaan serius.1
Pada lesi yang terletak diatas gangliom genikulatum hampir selalu diikuti oleh kelainan audiovestibular, oleh karena itu perlu diperiksa audiovestibuler. Pemeriksaan radiologi dan elektromiografi, dilakukan untuk melengkapi pemeriksaan. Penetapoan dan penurunan fungsi n. VII juga dapat dilakukan dengan metode pemeriksaan menurut House- Brackman.1

8.      Sinkinesis
Sinkinesis menetukan suatu komplikasi dari parese nervus fasialis yang sering kita jumpai. Cara mengetahui ada tidaknya sinkinesis adalah sebagai berikut :1
a.    Penderita diminta untuk memenjamkan mata kuat-kuat kemudian kita melihat pergerakan otot-otot pada daerah sudut bibir atas. Kalau pergerakan normal pada kedua sisi dinilai dengan angka dua (2). Kalau pergerakan pada sisi paresis lebih (hiper) dibandingkan dengan sisi normal nilainya dikurangi satu (-1) atau dua (-2), tergantung dari gradasinya.
b.   Penderita diminta untuk tertawa lebar sambil memperlihatkan gigi, kemudian kita melihat pergerakan otot-otot pada sudut mata bawah. Penilaian seperti pada (a).
c.    Sinkinesis juga dapat dilihat pada waktu penderita berbicara (gerakan emosi) dengan memperhatikan pergerakan otot-otot sekitar mulut. Nilai satu (1) kalau pergerakan normal. Nilai nol (0) kalau pergerakan tidak simetris.


9.      Hemispasme
Hemispasme merupakan suatu komplikasi yang sering dijumpai pada penyembuhan parese fasialis yang berat. Diperiksa dengan cara penderita diminta untuk melakukan gerakan-gerakan bersahaya seperti mengedip-ngedipkan mata berulang-ulang maka bibir akan jelas tampak gerakan otot-otot pada sudut bibir bawah atau sudut mata bawah. Pada penderita yang berat kadang-kadang otot-otot platisma di daerah leher juga ikut bergerak. Untuk setiap gerakan hemispasme dinilai dengan angka (-1).1
Fungsi motorik otot-otot tiap sisi wajah orang normal seluruhnya berjumlah lima puluh (50) atau 100%. Gradasi paresis fasialis dibandingkan dengan nilai tersebut dikalikan dua untuk persentasenya.1

No comments:

Post a Comment

Related Post

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...