Rokok elektrik adalah
salah satu tren yang sedang digandrungi masyarakat Indonesia. Harganya
pun beragam. Yang termurah, dibanderol antara Rp150-200 ribu, sedangkan
yang termahal bisa mencapai angka Rp5 juta per itemnya. Rokok ini banyak
dipilih karena katanya "lebih sehat" dari rokok berbahan dasar
tembakau. Apakah benar atau ini sekadar mitos belaka?
Rokok elektrik atau e-cigarette pertama kali dikembangkan di Tiongkok dan diperkenalkan tahun 2004. Bentuk dan ukuran rokok elektrik beragam, tapi kebanyakan lebih panjang daripada rokok biasa. Ada pula yang menyerupai cerutu atau pipa.
Rokok elektrik atau e-cigarette pertama kali dikembangkan di Tiongkok dan diperkenalkan tahun 2004. Bentuk dan ukuran rokok elektrik beragam, tapi kebanyakan lebih panjang daripada rokok biasa. Ada pula yang menyerupai cerutu atau pipa.
Rokok elektrik bekerja dengan cara diisap melalui mulut. Aliran udara
yang mengalir dari mulut pengisap, akan menyalakan sensor yang memicu
bekerjanya pemanas kecil bertenaga baterai.
Faktanya, merokok menggunakan tembakau atau rokok elektrik sama berbahayanya. Pernyataan ini diperoleh setelah kami mengkonfirmasi hal ini dengan Dokter Aria Wibowo, dari meetdoctor.com
Menurutnya, FDA (Food and Drug Administration) di Amerika Serikat sudah merilis data dari 18 penelitian mengenai rokok elektrik. Nikotin cair sintesis dalam rokok elektrik, ternyata bisa membuat paru-paru iritasi. Saat rokok elektrik diisap, cairan ini akan berubah menjadi carbonyl yang mengakibatkan kanker.
Aria melanjutkan, rokok elektrik juga memiliki formaldehida dan asap buatan, yang menimbulkan aerosol sehingga lebih mudah merusak paru-paru. Selain itu, nikotin cair sintesis dalam rokok elektrik, mengandung perasa buatan dan pengawet makanan.
Bahan-bahan ini aman bila dikonsumsi secara reguler, tapi lain soal bila dihisap. Sebab bakteri penyebab pneumonia juga akan makin kebal seiring Anda sering mengisap rokok elektrik. Jadi, sebaiknya Anda menjauhi rokok, baik yang bentuknya elektrik maupun yang tembakau.
Faktanya, merokok menggunakan tembakau atau rokok elektrik sama berbahayanya. Pernyataan ini diperoleh setelah kami mengkonfirmasi hal ini dengan Dokter Aria Wibowo, dari meetdoctor.com
Menurutnya, FDA (Food and Drug Administration) di Amerika Serikat sudah merilis data dari 18 penelitian mengenai rokok elektrik. Nikotin cair sintesis dalam rokok elektrik, ternyata bisa membuat paru-paru iritasi. Saat rokok elektrik diisap, cairan ini akan berubah menjadi carbonyl yang mengakibatkan kanker.
Aria melanjutkan, rokok elektrik juga memiliki formaldehida dan asap buatan, yang menimbulkan aerosol sehingga lebih mudah merusak paru-paru. Selain itu, nikotin cair sintesis dalam rokok elektrik, mengandung perasa buatan dan pengawet makanan.
Bahan-bahan ini aman bila dikonsumsi secara reguler, tapi lain soal bila dihisap. Sebab bakteri penyebab pneumonia juga akan makin kebal seiring Anda sering mengisap rokok elektrik. Jadi, sebaiknya Anda menjauhi rokok, baik yang bentuknya elektrik maupun yang tembakau.
Sumber: viva.co.id
No comments:
Post a Comment