2.6 Gambaran
Klinis dan Pemeriksaan
Anamnesis yang lengkap sangat membantu dalam menentukan sebab-sebab
perdarahan. Keadaan umum, tensi, pernafasan dan nadi perlu diperiksa. Alat-alat yang
diperlukan untuk pemeriksaan adalah lampu kepala, spekulum hidung dan alat
penghisap. Kadang-kadang diperlukan pemeriksaan penunjang laboratorium yaitu
pemeriksaan darah lengkap dan fungsi hemostatis.2
a. Anamnesis
Kebanyakan kasus epistaksis timbul sekunder trauma yang disebabkan oleh
mengorek hidung menahun atau mengorek krusta yang telah terbentuk akibat
pengeringan mukosa hidung berlebihan. Penting mendapatkan riwayat trauma
terperinci.5
Riwayat pengobatan
atau penyalahgunaan alkohol terperinci harus dicari. Banyak pasien minum
aspirin secara teratur untuk banyak alasan. Aspirin merupakan penghambat fungsi
trombosit dan dapat menyebabkan pemanjangan atau perdarahan. Penting mengenal
bahwa efek ini berlangsung beberapa waktu dan bahwa aspirin ditemukan sebagai
komponen dalam sangat banyak produk. Alkohol merupakan senyawa lain yang banyak
digunakan, yang mengubah fungsi pembekuan secara bermakna.5
Aspek anamnesis yang mungkin penting dalam melokalisasi tempat perdarahan
bisa didapat dengan menanyakan : 5
1. Sewaktu anda membungkuk apakah ada darah yang keluar dari hidung?
(menggambarkan sumber perdarahan anterior)
2. Apakah darah menuruni tenggorokan anda ? (menggambarkan perdarahan dari
sisi posterior cavitas nasalis)
b. Pemeriksaan Fisik
Pertama hidung harus dibersihkan dari bekuan darah atau debris secara
memuaskan dengan alat penghisap. Kedua harus dioleskan senyawa vasokonstriktif
seperti efedrin atau kokain 5% yang akan mengerutkan mukosa hidung sehingga
memberikan evaluasi yang lebih baik dan bahkan menghentikan perdarahan
sementara waktu.5
Pemeriksaan harus dilakukan dalam cara teratur dari anterior ke posterior.
Vestibulum, mukosa hidung dan septum nasi, dinding lateral hidung dan concha
inferior harus diperiksa cermat. Pemeriksaan hidung tidak lengkap jika tidak
dilakukan nasofaringoskop tak langsung . Pemeriksaan rhinoskopi posterior kadang-kadang akan
memperlihatkan sumber epistaksis posterior.5
Bila tempat perdarahan dikenali, ia harus didokumentasi dalam rekam medis
dengan gambar sederhana. Bila mungkin, kemudian dokter seharusnya mencoba
mengendalikan perdarahan dengan tindakan local: yaitu kauterisasi atau
penempatan senyawa hemostatik atau tampon hidung anterior.5
Tes laboratorium tertentu bermanfaat dalam
mengevaluasi pasien epistaksis. Tes diagnostik seharusnya mencakup sel darah
lengkap untuk memantau derajat perdarahan dan apakah pasien anemia. Jika ada
kemungkinan koagulopati sistematik, maka harus dilakukan pemeriksaan pembekuan
darah. Jika pemeriksaan ini abnormal, maka harus dilakukan kosultasi yang
tepat. Terakhir jika massa terlihat pada pemeriksaan, maka harus dilakukan
politomografi dan/atau CT scan untuk menggambarkan luas lesi ini.5
Bagian 5
Bagian 6
Referat Lengkap
Bagian 4 Bagian 5
Bagian 6
No comments:
Post a Comment