Thursday, January 22, 2015

Referat Epistaksis (Bagian 3)

2.6 Gambaran Klinis dan Pemeriksaan
Anamnesis yang lengkap sangat membantu dalam menentukan sebab-sebab perdarahan. Keadaan umum, tensi, pernafasan  dan nadi perlu diperiksa. Alat-alat yang diperlukan untuk pemeriksaan adalah lampu kepala, spekulum hidung dan alat penghisap. Kadang-kadang diperlukan pemeriksaan penunjang laboratorium yaitu pemeriksaan darah lengkap dan fungsi hemostatis.2

a.    Anamnesis
Kebanyakan kasus epistaksis timbul sekunder trauma yang disebabkan oleh mengorek hidung menahun atau mengorek krusta yang telah terbentuk akibat pengeringan mukosa hidung berlebihan. Penting mendapatkan riwayat trauma terperinci.5
Riwayat pengobatan atau penyalahgunaan alkohol terperinci harus dicari. Banyak pasien minum aspirin secara teratur untuk banyak alasan. Aspirin merupakan penghambat fungsi trombosit dan dapat menyebabkan pemanjangan atau perdarahan. Penting mengenal bahwa efek ini berlangsung beberapa waktu dan bahwa aspirin ditemukan sebagai komponen dalam sangat banyak produk. Alkohol merupakan senyawa lain yang banyak digunakan, yang mengubah fungsi pembekuan secara bermakna.5
Aspek anamnesis yang mungkin penting dalam melokalisasi tempat perdarahan bisa didapat dengan menanyakan : 5
1. Sewaktu anda membungkuk apakah ada darah yang keluar dari hidung? (menggambarkan sumber perdarahan anterior)
2. Apakah darah menuruni tenggorokan anda ? (menggambarkan perdarahan dari sisi posterior cavitas nasalis)

    b. Pemeriksaan Fisik
Pertama hidung harus dibersihkan dari bekuan darah atau debris secara memuaskan dengan alat penghisap. Kedua harus dioleskan senyawa vasokonstriktif seperti efedrin atau kokain 5% yang akan mengerutkan mukosa hidung sehingga memberikan evaluasi yang lebih baik dan bahkan menghentikan perdarahan sementara waktu.5
Pemeriksaan harus dilakukan dalam cara teratur dari anterior ke posterior. Vestibulum, mukosa hidung dan septum nasi, dinding lateral hidung dan concha inferior harus diperiksa cermat. Pemeriksaan hidung tidak lengkap jika tidak dilakukan nasofaringoskop tak langsung . Pemeriksaan rhinoskopi posterior kadang-kadang akan memperlihatkan sumber epistaksis posterior.5
Bila tempat perdarahan dikenali, ia harus didokumentasi dalam rekam medis dengan gambar sederhana. Bila mungkin, kemudian dokter seharusnya mencoba mengendalikan perdarahan dengan tindakan local: yaitu kauterisasi atau penempatan senyawa hemostatik atau tampon hidung anterior.5
Tes laboratorium tertentu bermanfaat dalam mengevaluasi pasien epistaksis. Tes diagnostik seharusnya mencakup sel darah lengkap untuk memantau derajat perdarahan dan apakah pasien anemia. Jika ada kemungkinan koagulopati sistematik, maka harus dilakukan pemeriksaan pembekuan darah. Jika pemeriksaan ini abnormal, maka harus dilakukan kosultasi yang tepat. Terakhir jika massa terlihat pada pemeriksaan, maka harus dilakukan politomografi dan/atau CT scan untuk menggambarkan luas lesi ini.5

Referat Lengkap
Bagian 4 
Bagian 5
Bagian 6

No comments:

Post a Comment

Related Post

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...