Monday, May 25, 2015

BST : Acne Bagian 2

GEJALA KLINIK

Keluhan yang sering timbul biasanya lebih karena gangguan estetik atau keindahan yang dirasakan oleh penderita, bukan karena gangguan fisik kesehatan secara umum. Memang kadang-kadang jerawat menyebabkan rasa gatal yang mengganggu atau bahkan rasa sakit, tetapi umumnya tidak ada efek menyeluruh pada tubuh yang ditimbulkan.
Penderita biasanya mengeluh adanya erupsi kulit pada tempat-tempat predileksi, yakni di muka, bahu, leher, dada, punggung bagian atas, dan lengan bagian atas. Dapat disertai rasa gatal. Erupsi kulit berupa komedo, papul, pustula, nodus, atau kista. Isi komedo ialah sebum yang kental atau padat. Isi kista biasanya pus dan darah.


Nomenklatur diagnosis akne vulgaris dapat dilakukan menurut :
  1. Berat ringannya penyakit
Akne vulgaris ringan, berat, dan sedang. Akne vulgaris I, II, III, IIV.
  1. Morfologi klinis
Akne vulgaris komedonal, papulosa,pustulosa, nodulo-kistik.
Akne vulgaris komedonal dan papulosa disebut juga tanpa inflamasi. Akne vulgaris nodulosa-kistik disebut sebagai yang ada inflamasi.
  1. Kombinasi 1 & 2
Akne vulgaris papulosa ringan
Akne vulgaris pustulosa berat.
Penentuan berat ringan penyakit atau tingkat I – II – III – IV berbeda diantara para penyelidik satu dengan yang lainnya.
Berikut ini dicantumkan empat gradasi menurut PILL SBURY (1963)
I. Komedo di muka
II. Komedo, papul, pustul, dan peradangan lebih dalam di muka
III. Komedo, papul, pustul, dan lebih dalam peradangan di muka, punggung, dan dada.
IV. Akne konglobata.
Bentuk lesi akne vulgaris adalah polimorf. Lesi yang khas adalah komedo. Bila terjadi peradangan akan terbentuk papula, pustula, nodul, dan kista. Bila sembuh, lesi dapat meninggalkan eritem dan hiperpigmentasi pasca inflamasi, bahkan dapat terbentuk sikatrik seperti cetakan es yang atrofik ( Ice pick lilac atropic scar) dan keloid. Lesi terutama timbul di daerah yang banyak mempunyai kelenjar palit seperti muka, punggung dan dada.
Komedo lazim dikenal senagai kepala hitam (komedo terbuka) dan kepala putih (komedo tertutup). Komedo dapt menjadi lesi dasar pada akne. Ia akibat fungsi lobang folikular sebasea yang salah maupun oleh proses hiperkeratinisasi yang salah pada lubah folikular. Sumbat yang dihasilkan komedo mendilatasi mulut folikel dan papula dibentuk oleh peradangan sekeliling komedo. Kista kecil, pustula, atau papula yang telah terinfeksi bisa terbentuk disekeliling komedo. Selain itu bisa terlihat nodulus, infiltrasi granulomatosa dalam peradangan karena asam lemak atau piokokus, jaringan parut dan keloid.

Monday, May 18, 2015

Referat Ablasio Retina (Bagian 6)

DAFTAR PUSTAKA

  1.   Ilyas Sidarta, Prof. dr. H. SpM, Ilmu Penyakit Mata , edisi ke-3, FKUI, Jakarta, 2009 
  2.  Jon Langmans & Langmans. Medical embryology. EGC, 2006 
  3.  Guyton& Hall, buku ajar fisiologi kedokteran. EGC. Jakarta, 2005 
  4.  Voughan Daniel G , Terjemahan Optamologi Umum edisi 14, Widya Medika, Jakarta, 2000. 
  5.  Richard. S Snell. Anatomi kuliah untuk mahasiswa kedokteran. EGC, Jakarta, 2005 
  6.  Khurana, AK. Diseases of Retina. In: Comprehensive Opthalmology. Fourth Edition. New Delhi: New Age International Publishers. 2007; 259-63 
  7.  Vaughan & Asbury Oftalmologi Umum. Edisi 17. Jakarta: EGC. 190-3 
  8.  American Academy Ophthalmology. Retinal Detachment. Retina and Vitreous. BCSC Secsion 12. P. 245-252. 
  9.  Vaughan DG, Asbury T, Eva PR. Retina & Tumor Intraokular. In: Oftalmologi Umum. 14th ed. Widya Medika: Jakarta; 2006:197, 207-9. 
  10.  Carney. M. D, Sanborn. Etc. Diseases of the Retina and Vitreous. In Clinical Guide to Comprehensive Ophthalmology. Ed. Lee. David A. Higginbotham E. J. Thieme. Newyork. 1999. P. 450-455. 
  11.  Haynie G. D, D”Amico. Scleral Buckling Surgery. In Principles and Practice of Ophthalmology Vol. 2. Ed. Albert D, Jacobiec F. WB Saunders Co. 1994. P. 1092-1107 
  12.  Taher. R, Woldorf. A. Emergency Ophthalmology. Ed. Chern. K. C Mc. Graw-Hill Medical Publishing. Boston. 2002. P. 162-167 
  13.  Kanski. Jack. .J. Retinal Detachment. Disorders of the Retina in Clinical Ophthalmology A Systemic Approach. Fourth Edition, Buttler Wort-Heineman Ltd. 1999. P. 353-394. 
  14.  Lewis. H, Kreiger A. E. Rhegmatogenous Retinal Detachment. In Duane”s Clinical Ophthalmology. Vol. 3. Ed. Tasman. W, Jaeger. E. Lippincott-Raven. 1997. P. 1-10. 
  15.  Lihteh Wu. Retinal Detachment, Rhegmatogenou.: available from: URL: http://emedicine.medscape.com/article/1224737-overview 
  16.  Young. L. H, D”Amico. D. J. Retinal Detachment. In Principles and Practice of Ophthalmology Vol. 2. Ed. Albert D, Jacobiec F. WB Saunders Co. 1994. P. 1084-109. 
  17.  "Retinal detachment". MedlinePlus Medical Encyclopedia. National Institutes of Health. 2005. available from : URL: http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/001027.htm 
  18.  Larkin. G. D. Retinal Detachment diakses dari eMedicine Journal,Volume : 2. Number : 8. August 10 2001. P. 1-10. 
  19.  Benson W. E. Retinal Detachment Diagnosis and Management. Harper and Row Publishers. 1980. P. 27, 59,73,153 
  20.  Chawla H. B. Retinal Detachment.The Essensial of Management. Third Edition, Butterworth Heinemann Ltd. 1998. P. 21-13 
  21.  American Association of Ophthalmology Section 12. Retina and Vitreous. San Francisco: 2011-2012; 109-32


Referat Lengkap

Monday, May 11, 2015

Referat Ablasio Retina (Bagian 5)

2.7 PENATALAKSANAAN
Prinsip dasar penanganan ablasio retina adalah:
1.      Melekatkan kembali retina yang terlepas
2.      Drainase cairan subretina
Dilakukan secara hati-hati dengan memasukan jarum halus ke sclera dn koroid ke dalam ruang subretinal dan lakukan drainase. SRF (Subretinal Fluid) drainase mungkin tidak dibutuhkan pada beberapa kasus.
3.      Untuk menangani aposisi korioretinal

Jenis operasi yang diapakai untuk menangani ablasio retina:

1.      Scleral Buckling
Tujuan dari sclera buckling adalah untuk menutup robekan retina yang bisa menyebabkan indentasi external sclera. Cryopexy transcleral digunakan untuk membuat adhesi permanen antara retina dan RPE (Retinal Pigmental Epithelium). Material buckling secara hati-hati diposisikan untuk menunjang robekan penyebab oleh imbrikasi skleral. Pemilihan teknik ini (mengelilingi, segmental, radial) tergantung jumlah dan posisi robekan retina, ukuran mata, dokternya,  dan temuan vitreoretinal (lattice degeneration, traksi vitreoretina, afakia).
Komplikasi dari sclera buckling ini adalah: mencetuskan miopia, diplopia akibat fibrosis atau terganggunya otot-otot ekstraokuler oleh eksplan, ekstruksi eksplan, dan kemungkinan peningkatan risiko vitreoretinopati proliferatif.
Gambar 2.5 : Skleral Buckling

Monday, May 4, 2015

Referat Ablasio Retina (Bagian 4)

2.6 DIAGNOSIS
2.6.1 ANAMNESIS
·          Sebagian besar pasien datang dengan keluhan melihat bayangan berupa photopsia, floater pada awal penyakit, diikuti dengan penyempitan lapangan pandangan perifer kemudian bila proses berlanjut pasien akan kehilangan lapangan penglihatan sentral.
·          Pada pasien ablasio retina regmatogenosa perlu pula ditanyakan adanya riwayat operasi mata seperti ektraksi katarak, afakia, myopia, trauma tumpul dll. Kelainan  sistemik pada pasien berupa hipertensi berat, eklampsia, atau gagal ginjal sering terjadi pada pasien dengan ablasio retina eksudatifa. Diabetes mellitus, retinopati prematuritas dan trauma tembus perlu juga dicari pada ablasio retina traksional.
Keluhan yang klasik dan sering dilaporkan adalah photopsia dan floaters sebesar 60 % setelah beberapa saat penderita mengeluh kehilangan lapang pandangan perifer kemudian berlanjut menjadi kehilangan penglihatan sentral.
·         Photopsia/ light flashes (kilatan cahaya)
Yaitu sensasi subjektif yang dikeluhkan penderita sebagai kilatan cahaya yang umumnya terjadi sewaktu mata digerakkan dalam keremangan cahaya atau dalam keadaan gelap. Keadaan ini disebabkan oleh tarikan pada vitreo retina di daerah perifer dan bisa terjadi pada orang normal jika terjadi cedera tumpul pada mata. Hal ini disebabkan oleh tarikan pada vitreo retina di daerah perifer.
·         Floaters.
Yaitu gerakan kekeruhan vitreous yang memberikan bayangan pada retina, (terlihat benda melayang-layang), yang terjadi karena adanya kekeruhan di vitreus oleh adanya darah, pigmen retina yang lepas atau

Related Post

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...