Monday, December 8, 2014

Syok Hipovolemik

Syok adalah suatu keadaan klinis yang terjadi akibat gangguan hemodinamik dan metabolik yang ditandai dengan kegagalan sistem sirkulasi untuk mempertahankan perfusi ke organ-organ vital secara adekuat. Syok hipovolemik yaitu terganggunya sistem sirkulasi akibat volume darah di dalam pembuluh darah berkurang. Hal tersebut dapat terjadi akibat pendarahan masif atau kehilangan plasma darah.


Etiologi syok hipovolemik
  1. Pendarahan
    • Hematom subkapsular hati
    • Aneurisma aorta pecah
    • Pendarahan gastrointestinal
    • Perlukaan berganda
  2. Kehilangan Plasma
    • Luka bakar Luas
    • Pankreatitis
    • Deskuamasi Kulit
    • Sindrom Dumping
  3. Kehilangan cairan ektravaskular
    • Muntah
    • Dehidrasi
    • Diare
    • Terapi diuretik yang agresif
    • Diabetes Insipidus
    • Insufisiensi Adrenal
Patofisiologi Syok
Berkurangnya volume darah di pembuluh darah akan menurunkan pengisian pembuluh darah rata-rata dan akan menurunkan aliran darah balik ke jantung. Hal tersebut akan menurunkan pula curah jantung, sesuai dengan hukum Frank Sterling. Curah jantung yang berkurang akan menyebabkan beberapa kejadian pada beberapa organ :
  • Mikrosirkulasi :Ketika curah jantung turun secara drastis, maka tahanan vaskular sistemik akan berusaha meningkatkan tekanan sistemik guna memenuhi kebutuhan dua organ terpenting yaitu jantung dan otak, sementara aliran darah ke organ lainnya akan berkurang. Apabila hal ini berlanjut (hingga tekanan artei rata-rata kurang dari 60 mmHg), maka akan terjadi gangguan fugsi sel di semua organ.
  • Neuroendokrin : Baroreseptor dan kemoreseptor sebenarnya dapat mengendalikan tekanan darah dengan cara mendeteksi adanya hipovolemia, hipotensi, dan hipoksia. Namun hal tersebut hanya berlangsung sementara dan tak dapat bertahan dalam jangka waktu yang panjang.
  • Kardiovaskular : Jantung sebenarnya memiliki mekanisme untuk mempertahan perfusi jaringan tetap normal pada saat terjadi penurunan aliran balik. Namun pada keadaan penurunan jumlah darah yang banyak terjadi, mekanisme ini tak sanggup untuk mengatasinya.
  • Gastrointestinal : Ketika tubuh memenuhi kebutuhan perfusi dua organ terpenting yaitu jantung dan otak, aliran ke bagian gastrointestinal akan mengalami penurunan. Akibat hal tersebut, akan mengakibatkan terjadinya peningkatan penyerapan endoktoksin dari bakteri gram negatif. Endotokosin yang dilepaskan ke pembuluh darah akan menyebabkan terjadinya vasodilatasi. Keadaan ini seperti lingkaran setan yang akan memperberat kerja jantung, karena aliran darah balik akan semakin bekurang.
  • Ginjal : Akibat penurunan perfusi di ginjal, secara otomatis ginjal akan mengeluarkan aldosteron dan vasopresin. Hormon ini akan memeprtahankan garam dan air. Namun apabila kejadian ini berlanjut, hal tersebut malah akan menciptakan kerusakan di ginjal itu sendiri. Sebagian besar yang terjadi adalah nekrosis tubular akut, bahkan hingga menjadi gagal ginjal akut. Kerusakan ginjal tersebut terjadi bukan hanya karena syok dan sepsis, tetapi akibat penggunaan obat-obatan yang bersifat nefrotoksik seperti golongan aminoglikosida dan media kontras angiografi.
Gejala klinis
Gejala yang muncul adalah peningkatan kerja simpatis, hiperventilasi, pembuluh darah vena kolaps, pelepasan hormon stress, serta ekspansi besar guna pengisian volume darah dengan menggunakan cairan intersisial, intraseluler, dan menurunkan jumlah urin.
Gejala Klinis Syok Hipovolemik

Ringan
<20% Volume darah
Sedang
20-40% Volume darah
Berat
>40% volume darah
Ekstermitas Dingin
Waktu Pengisian kapiler meningkat
Diaporesis
Vena Kolaps
Cemas
Sama, Ditambah dengan
Takikardi
Takipneu
Oliguria
Hipotensi ortostatik
Sama, ditambah dengan
Hemodinamik tak stabil
Takikardi bergejala
Hipotensi
Perubahan Kesadaran

Diagnosis
Syok hipovolemik didiagnosa ketika ditemukan tanda berupa ketidakstabilan hemodinamik dan ditemukan adanya pendarahan, namun hal tersebut akan sulit apabila pendarahanya tidak terlihat dengan jelas atau berada di traktus gastrointestinal atau hanya kehilangan plasma. Kadar hemoglobin dan hematrokrit biasa tidak akan langsung turun apabila terjadi kehilangan darah, kecuali terjadi gangguan kompensasi atau telah di rehidrasi. Apabila terjadi kehilangan plasma maka akan terjadi hemokonsentrasi, dan kehilangan cairan bebas ditandai dengan hipernatremi.
Harus dibedakan dengan syok kardiogenik. Walaupun gejala keduanya sama, namun penatalaksaanya berbeda. Pada stok kardogenik akan ditemukan distensi vena jugularis, ronki, dan galop S3.

Penatalaksanaan
Pada kedaan syok hipovolemik, maka posisikan kaki lebih tinggi, jaga jalur pernapasan, dan berikan resusitasi cairan cepat lewat akses intravena atau dengan cara lain seperti pemasangan kateter central venous pressure (CVP) ataupun jalur intraaretial. Gunakan cairan garam isotonis (namun hati-hati dengan asidosis hiperkloremi) atau dengan cairan garam seimbang seperti RL. Berikan 2-4 L dalam 20-30 menit. Tidak ada bukti medis tentang kelebihan pemberian cairan koloid pada syok hipovolemik. Apabila hemodinamik belum mengalami perbaikan, maka pendarahan belum teratasi. Apabila Hb kurang dari 10 g/dL maka dibutuhkan transfusi darah.
Pada keadaan yang berat yang berkepanjangan, dukungan inotropik dengan dopamin, vasopresin, atau dobutamin dapat dipertimbangkan untuk meningkatkan kekuatan ventrikel setelah volume darah telah tercukupi. Pemberian norefineprin infus tidak banyak membantu pada hipovolemik. Pemberian nalokson 30 mcg/kg dalam 3-5 menit dilanjutkan dengan 60 mcg/kg selama 1 jam dalam dektros 5% dapat membantu meningkatkan tekanan arteri rata-rata.
Selain resusitasi cairan, pemberian oksigen juga sangat penting, bila perlu lakukan inrubasi untuk mencukupkan oksigen. Kerusakan organ akhir pada hipovolemik jarang terjadi dibandingkan dengan syok septik atau traumatik.

Daftar Pustaka:
Wijaya, Ika Prasetia, 2009, Syok hipovolemik (Buku ajar ilmu penykit dalam jilid I edisi V), Jakarta:InternalPublising.

No comments:

Post a Comment

Related Post

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...