Sunday, December 14, 2014

Anemia Defisiensi Besi

Anemia defisiensi besi (ADB) adalah anemia yang timbul akibat berkurangnya penyediaan besi untuk eritropoesis, karena cadangan besi kosong (depleted iron store) yang pada akhirnya mengakibatkan pembentukan hemoglobin berkurang. ADB ditandai dengan anemia hipokrom mikrositer dan hasil lab menunjukan cadangan besi yang kosong. Anemia jenis ini yang paling sering dijumpai di negara-negara tropik dan negara ketiga. Hal tersebut karena sangat berkaitan dengan taraf sosial ekonomi. Anemia jenis ini mengenai sekitar sepertiga penduduk dunia dan memberikan damapk yang kesehatan dan sosial yang cukup serius.

Etiologi
Etiologi ADB dapat disebabkan oleh :
  • Kehilangan besi akibat pendarahan menahun dapat berasal dari:
    • saluran cerna : Tukak peptik, keganasan, divertikulosis, hemoroid, investasi cacing.
    • saluran genital wanita : Menorhagia atau metrorhgia
    • saluran kemih : Hematuria
    • saluran napas : Hemaptoe
  • Faktor nutrisi : berkurangnya asupan besi total dalam makanan, atau makanan yang dikonsumsi mengandung besi dengan kualitas yang kurang baik karena banyak mengandung serat, rendah vit C, dan rendah daging.
  • Kebutuhan besi yang meningkat : pada prematuritas anak dalam masa pertumbuhan dan kehamilan.
  • Gangguan absorbsi besi : gastrektomi, tropical sprue, kolitis kronik.
Patogenesis  
Pendarahan menahun akan menyebabkan kehilangan darah sehingga cadangan besi makin menurun (Iron depleted state/negative iron balance). Keadaan ini ditandai dengan penurunan kadar feritin serum, peningkatan absobrsi besi dan pengecatan besi dalam sumsum negatif. Apabila keadaan ini terus berlanjut sehingga cadangan besi menjadi kosong dan menyebabkan gangguan eritopoeisis, namun hal ini belum menimbulkan gejala anemia. Hal ini disebut dengan iron deficient erythropoeisis. Pada fase pertama ini, kelainan yang muncul adalah peningkatan free protophorphyrin atau Zinc protophorphyrin dalam eritrosit, saturasitransferin menurun dan total iron binding capacity (TIBC) meningkat. Apabila kejadian ini terus berlanjut dan menyebabkan eritropoeisis terganggu dan mengakibatkan terjadinya penurunan kadar hemoglobin dan timbul anemia hipokromik mikrositer, disebut dengan Anemia defisiensi besi. 

Gejala Anemia Defisiensi Besi
Gejala anemia defisiensi besi digolongkan menjadi 3 golongan, yaitu
  1. Gejala Umum anemia (sindrom anemia), kadang sindrom anemia ini tidak terlalu mencolok, hal ini karena penurunan kadar Hb yang terjadi secara perlahan, sehingga tubuh telah mengkompensasinya. Anemia simtomatik terjadi apabila Hb turun dibawah 7 g/dl. Gejala umum anemia antara lain:
    • lemah
    • lesu
    • cepat lelah
    • mata berkunang-kunang
    • telinga mendenging
    • pasien pucat, terutama di konjungtiva dan bawah kulit
  2. Gejala Khas defisiensi besi : Gejala yang tidak ditemui pada anemia jenis lain. Kumpulan gejala anemia hipokrom mikrositer, disfagia, dan atropi papil lidah disebut dengan sindrom Paterson kelly. Gejala khas ADB antara lain :
    • koilonychia: kuku sendok, kuku menjadi rapuh, bergaris-garis vertikal, dan menjadi cekung sehingga mirip dengan sendok.
    • atropi papil lidah : permukaan lidah menjadi licin dan mengkilap karena papil lidah menghilang.
    • stomatitis anglukaris (cheilosis) : adanya radang di sudut mulut sehingga tampak seperti bercak berwarna keputihan.
    • disfagia : nyeri menelan yang diakibatkan kerusakan epitel hipofaring
    • atropi mukosa gaster sehingga menyebabkan akhlorida
    • pica : keinginan untuk memakan bahan yang tak lazim, seperti tanah, es, lem, dll
  3. Gejala penyakit dasar : Gejala dari penyakit yang menyebabkan ADB, sebagai contoh pada pasien yang mengalami keganansan kolon, akan dijumpai gangguan kebiasaan defekasi.
Diagnosa
Untuk menegakan diagnosanya dibutuhkan 3 langkah yaitu:
  • menentukan adanya anemia dengan mengukur kadar Hb atau hematokrit
  • memastikan adanya defisiensi besi
  • menentukan penyebab dari defisiensi besi 
Secara laboratoris, untuk menegakan diagnosa ADB dapat menggunakan kriteria Kerlin et at yang telah dimodifikasi, yaitu
  • Anemia hipokrom mikrositer atau MCV < 80 fl dan MCHC < 31% dengan salah satu dari
    • dua dari tiga parameter berikut
      • besi serum < 50 mg/dl
      • TIBC > 350 mg/dl
      • saturasi transferin < 15 %
    • feritin seru < 20 mg/l
    • pengecatan sum-sum tulang menunjukan cadangan besi negatif
    • dengan pemberian sulfas ferosus 3 x 200 mg/hari selama 4 minggi disertai dengan peningkatan kadag Hb lebih dari 2 g/dl.
Diagnosa difrensial
Anemia jenis lain.
Terapi
  1. Terapi kausatif : Atasi penyakit penyebab,
  2. Pemberian preparat besi seperti 
    • Terapi besi oral : lebih baik pada saat lambung kosong, kecuali pada pasien yang mengalami intoleransi.
      • sulfas ferosus 3 x 200 mg, jika efek samping dianggap mengganggu, dosis dapat diturunkan menjadi 3 x 100 mg. Pengobatan diberikan selama 3 sampai 6 bulan, ada juga yang dianjurkan sampai 12 bulan. Setelah Hb normal, diberikan dosis pemeliharaan 100-200 mg.
      • dapat ditambahkan dengan vit. c untuk meningkatkan penyerapan besi, namun akan meningkatkan efek samping
    • Terapi besi parenteral : karena harganya yang mahal dan resikonya yang besar pula, maka terapi besi parenteral diberikan dengan indikasi,
      • intoleransi terhadap terapi besi oral
      • kepatuhan terhadap minum obat yang rendah
      • gangguan pencernaan, seperti kolitis ulseratif
      • penyerapan besi yang terganggu, seperti pada gastrektomi
      • keadaan dimana kehilangan darah yang banyak sehingga tidak cukup dikompensasi dengan terapi oral
      • kebutuhan besi dalam jumlah besar dalam waktu singkat
      • defisiensi besi fungsional relatif akibat pemberian eritropioetin pada anemia gagal ginjal kronik atau anemia akibat penyakit kronik.
      • Tujuan pemberian besi parenteral adalah untuk mengembalikan kadar Hb dan mengisi cadangan besi sebesar 500-1000 mg
      • Dosis yang diberikan (mg) = ( 15-Hb sekarang) x BB x 2,4 +500 atau 1000 mg.
Pencegahan
  • Pendidikan kesehatan
    • Kesehatan lingkungan
    • penyuluhan gizi
  • pemberantasan cacing tambang
  • suplementasi besi pada segmen penduduk yang rentan.
  • fortifokasi bahan makanan dengan besi.    
Daftar Pustaka
Bakta, I Made, dkk, 2009, Anemia Defisiensi Besi (Buku ajar ilmu penyakit dalam jilid II edisi v), Jakarta: Internalpublishing

No comments:

Post a Comment

Related Post

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...