Wednesday, February 4, 2015

Referat Anemia Hemolitik Autoimun (Bagian 4)

Gambaran Klinis
Gejala dan tanda anemia bergantung pada derajat dan kecepatan terjadinya anemia, juga kebutuhan oksigen penderita. Gejala akan lebih ringan pada anemia yang terjadi perlahan-lahan, karena ada kesempatan bagi mekanisme homeostatik untuk menyesuaikan dengan berkurangnya kemampuan darah membawa oksigen. Gejala anemia disebabkan oleh 2 faktor, yaitu berkurangnya pasokan oksigen ke jaringan dan adanya hipovolemia (pada penderita dengan perdarahan akut dan masif). Pasokan oksigen dapat dipertahankan pada keadaan istirahat dengan mekanisme kompensasi peningkatan volume sekuncup, denyut jantung dan curah jantung pada kadar Hb mencapai 5 g% (Ht 15%). Gejala timbul bila kadar Hb turun di bawah 5 g%, pada kadar Hb lebih tinggi selama aktivitas atau ketika terjadi gangguan mekanisme kompensasi jantung karena penyakit jantung yang mendasarinya.15
Pada anemia hemolitik autoimun tipe hangat, pasien mempunyai gejala khas anemia yang berkembang secara tersembunyi, meliputi lemah, pusing, lelah, dan dispnea saat beraktifitas atau gejala lainnya yang kurang khas yaitu demam, perdarahan, batuk, nyeri perut dan penurunan berat badan. Pada pasien dengan hemolisis hebat, dapat terjadi ikterik, pucat, edema, urin berwarna gelap (hemoglobinuria), splenomegali, hepatomegali dan limfadenopati yang mengiringi anemia. Pada kasus yang lebih akut, dapat mengancam nyawa, hal ini terkait dengan infeksi virus, terutama pada anak.16
Anemia hemolitik autoimun tipe dingin, pasien biasanya mempunyai gejala anemia hemolitik kronis berupa pucat dan lemah. Keadaan lingkungan yang dingin dapat mencetuskan serangan, oleh karena itu episode hemolisis akut dengan hemoglobinemia dan hemoglobinuria lebih sering terjadi di musim dingin. Darah lebih mudah terpengaruh suhu pada ekstremitas, sehingga pasien lebih sering mengalami akrosianosis (warna kebiru-biruan tanpa rasa sakit pada kedua tangan dan kaki) saat serangan terjadi.16
2.6  Pemeriksaan Penunjang
Kadar hemoglobin yang didapatkan berkisar 3-9 gr/dl, jumlah leukosit bervariasi disertai gambaran sel muda (metamielosit, mielosit, dan promielosit), kadang disertai trombositopenia. Selain itu juga bisa ditemukan gambaran berupa sferositosis, polikromasi ataupun poikilositosis, sel eritrosit berinti, retikulositopenia pada awal anemia.
Kadar bilirubin dapat meningkat, terutama kadar bilirubin indirek. ………………….
Pada pemeriksaan sumsum tulang menunjukkan gambaran hiperplasia sel eritropoitik normoblastik.11
Coombs test yang positif menunjukkan adanya antibodi pada permukaan komplemen permukaan sel eritrosit. Pada pemeriksaan ini terjadi reaksi aglutinasi sel eritrosit pasien dengan reagen anti globulin yang dicampurkan. Tes aglutinasi oleh anti IgG menunjukkan permukaan sel eritrosit mengandung IgG.11


No comments:

Post a Comment

Related Post

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...