PENDAHULUAN
Gonore
merupakan penyakit yang mempunyai insiden yang tinggi diantara Penyakit Menular
Seksual (P.M.S). Pada umumnya penularannya melalui hubungan kelamin yaitu
secara genito-genital, oro-genital, dan ano-genital. Selain itu juga dapat terjadi secara manual
melalui alat-alat, pakaian, handuk, termometer, dan sebagainya. Pada
pengobatannya banyak terjadi perubahan karena Neisseria gonorrhoeae yang telah resisten terhadap penisilin dan
disebut Penicillinase Producing Neisseria
gonorrhoeae (P.P.N.G).
DEFINISI
Gonore dalam arti luas mencakup semua
penyakit yang disebabkan oleh Neisseria
gonorrhoeae.
ETIOLOGI
Penyebab gonore adalah gonokok yang
ditemukan oleh Neisser pada tahun 1879 dan baru diumumkan pada tahun 1882.
Kuman tersebut termasuk dalam grup Neisseria
dan dikenal ada 4 spesies yaitu N.gonorrhoeae
dan N.meningitidis yang bersifat
patogen, serta N.catarrhalis dan N.pharyngis sicca yang bersifat
komensal. Keempat spesies ini sukar dibedakan kecuali dengan tes fermentasi.
Gonokok termasuk golongan diplokok
berbentuk biji kopi berukuran lebar 0,8u dan panjang 1,6u, bersifat tahan asam.
Pada sediaan langsung dengan pewarnaan Gram bersifat Gram-negatif yang terlihat
di luar dan di dalam leukosit, tidak tahan lama di udara bebas, cepat mati
dalam keadaan kering, tidak tahan suhu diatas 39ºC, dan tidak tahan zat
desinfektan.
Daerah yang paling mudah terinfeksi ialah
daerah dengan mukosa epitel kuboid atau lapis gepeng yang immatur, yakni pada
vagina wanita sebelum pubertas.
GEJALA KLINIS
Masa tunas sangat singkat, pada pria
umumnya bervariasi antara 2-5 hari, kadang-kadang lebih lama dan hal ini
disebabkan karena penderita telah mengobati diri sendiri, tetapi dengan dosis
yang tidak cukup atau gejala sangat samar sehingga tidak diperhatikan oleh
penderita. Pada wanita masa
tunas sulit ditentukan karena pada umumnya asimptomatik.
Tempat masuk kuman pada pria di uretra
menimbulkan uretritis. Yang paling sering adalah uretritis anterior akuta yang
dapat menjalar ke proksimal, dan mengakibatkan komplikasi lokal, asendens serta
diseminata. Keluhan subjektif berupa rasa gatal, panas di bagian distal uretra
di sekitar orifisium uretra eksternum, kemudian disusul disuria, polakisuria,
keluar duh tubuh dari ujung uretra yang kadang-kadang disertai darah, dapat
pula disertai nyeri pada waktu ereksi. Pada pemeriksaan tampak orifisium uretra
eksternum kemerahan, edema, dan ektropion. Tampak pula duh tubuh yang
mukopurulen. Pada beberapa kasus dapat terjadi pembesaran kelenjar getah bening
inguinal unilateral atau bilateral.
Gambaran klinis dan perjalanan penyakit pada
wanita berbeda dari pria. Pada wanita, penyakit akut maupun kronik, gejala
subjektif jarang ditemukan dan hampir tidak pernah didapati kelainan objektif. Pada umumnya wanita datang berobat kalau
sudah ada komplikasi. Infeksi pada wanita pada mulanya hanya mengenai serviks
uteri. Pada pemeriksaan serviks tampak merah dengan erosi dan sekret
mukopurulen. Duh tubuh akan terlihat lebih banyak bila terjadi servisitis akut
atau disertai vaginitis.
KOMPLIKASI
Komplikasi gonore sangat erat hubungannya
dengan susunan anatomi dan faal genitalia. Komplikasi lokal pada pria bisa
berupa tisonitis (radang kelenjar Tyson), parauretritis, littritis (radang
kelenjar Littre), dan cowperitis (radang kelenjar Cowper). Infeksi dapat pula
asendens, sehingga terjadi prostatitis, vesikulitis, funikulitis, epididimitis,
yang dapat menimbulkan infertilitas. Infeksi dari uretra pars posterior dapat
mengenai trigonum kandung kemih menimbulkan trigonitis, yang memberi gejala
poliuria, disuria terminal, dan hematuria.
Pada wanita, infeksi pada serviks
(servisitis gonore) dapat menimbulkan komplikasi salpingitis, ataupun penyakit
radang panggul yang dapat mengakibatkan jaringan parut pada tuba sehingga
menyebabkan infertilitas atau kehamilan ektopik. Bila infeksi mengenai uretra,
daat terjadi parauretritis, sedangkan pada kelenjar Bartholin akan menyebabkan
terjadinya bartolinitis.
Selain mengenai alat-alat genital, gonore
juga dapat menyebabkan infeksi nongenital yaitu proktitis, orofaringitis dan
konjungtivitis.
Komplikasi diseminata pada pria dan wanita
dapat berupa artritis, miokarditis, endokarditis, perikarditis, meningitis dan
dermatitis.
DIAGNOSIS
Diagnosis ditegakkan atas dasar anamnesis,
pemeriksaan klinis, dan pemeriksaan pembantu yang terdiri atas 5 tahapan:
1.
Sediaan
langsung
Pada sediaan langsung dengan pewarnaan
Gram akan ditemukan gonokok Gram-negatif intraselular dan ekstraselular. Bahan
duh tubuh pada pria diambil dari daerah fosa navikularis, sedangkan pada wanita
diambil dari uretra, muara kelenjar Bartholin, serviks dan rektum.
2.
Kultur
Untuk identifikasi, perlu dilakukan kultur
menggunakan media transpor dan media pertumbuhan.
Contoh media transpor :
a. Media Stuart : hanya untuk transpor saja,
sehingga perlu ditanam kembali pada media pertumbuhan.
b. Media Transgrow : selektif dan nutritif
untuk N.gonorrhoeae dan N.meningitidis, dalam perjalanan dapat
bertahan hingga 96 jam, merupakan gabungan media transpor dan media
pertumbuhan.
Contoh
media pertumbuhan:
a. Media Thayer-Martin : selektif
untuk mengisolasi gonokok.
b. Modifikasi Thayer-Martin :
ditambah dengan trimetropim untuk mencegah pertumbuhan kuman Proteus spp.
c. Agar coklat Mc Leod : dapat
ditumbuhi kuman lain selain gonokok.
3.
Tes
definitif
a. Tes oksidasi
Reagen oksidasi (larutan tetrametil-p-fenilendiamin hidroklorida 1%)
ditambahkan pada koloni gonokok tersangka. Semua Neisseria memberi reaksi positif dengan perubahan wara koloni yang
semula bening berubah menjadi merah muda sampai merah lembayung.
b. Tes fermentasi
Tes oksidasi positif
dilanjutkan dengan tes fermentasi memakai glukosa, maltosa, dan sukrosa. Kuman
gonokok hanya meragikan glukosa.
4.
Tes beta-laktamase
Tes ini menggunakan cefinase TM disc. BBL
96192 yang mengandung chromogenic
cephalosporin, akan menyebabkan perubahan warna dari kuning menjadi merah
apabila kuman mengandung enzim beta-laktamase.
5.
Tes
Thomson
Tes ini berguna untuk mengetahui sampai
dimana infeksi sudah berlangsung. Pada tes ini ada syarat yang perlu
diperhatikan : sebaiknya dilakukan setelah bangun pagi, urin dibagi dalam dua
gelas, tidak boleh menahan kencing dari gelas I ke gelas II. Syarat mutlak
ialah kandung kencing harus mengandung air seni paling sedikit 80-100 ml.
Hasil pembacaan :
Gelas I Gelas
II Arti
jernih jernih tidak ada infeksi
keruh jernih uretritis
anterior
keruh keruh panuretritis
jernih keruh tidak
mungkin
PENGOBATAN
Pada pengobatan yang perlu
diperhatikan adalah efektivitas, harga, dan sesedikit mungkin efek toksiknya.
Pilihan utama ialah penisilin + probenesid, kecuali di daerah yang tinggi
insiden PPNG. Secara epidemiologis pengobatan yang dianjurkan adalah obat
dengan dosis tunggal. Macam-macam obat yang dapat dipakai antara lain:
ü
Penisilin
Yang efektif adalah penisilin G prokain
akua. Dosis 3-4,8 juta unit + 1 gram probenesid. Kontraindikasi pada alergi
penisilin.
ü
Ampisilin
dan amoksisilin
Dosis ampisilin 3,5 gram + 1 gram
probenesid, dan dosis amoksisilin 3 gram + 1 gram probenesid. Kontraindikasi
pada alergi penisilin. Untuk daerah dengan PPNG yang tinggi, penisilin,
ampisilin, dan amoksisilin tidak dianjurkan.
ü
Sefalosporin
Seftriakson cukup efektif dengan
dosis 250 mg i.m, Sefoperazon dengan dosis 0,5-1 gram i.m, dan Sefiksim 400 mg
merupakan obat pilihan baru dari golongan sefalosporin yang dapat diberikan
secara oral.
ü
Spektinomisin
Dosis 2 gram i.m, baik untuk
penderita yang alergi penisilin, yang mengalami kegagalan pengobatan dengan
penisilin, dan terhadap penderita yang juga tersangka menderita sifilis karena
obat ini tidak menutupi gejala sifilis. Namun obat ini relatif tidak efektif
untuk infeksi gonore pada faring.
ü
Kanamisin
Dosis 2 gram i.m, kebaikan obat ini sama
dengan spektinomisin. Kontraindikasi pada kehamilan.
ü
Tiamfenikol
Dosisnya 2,5-3,5 gram secara oral.
Tidak dianjurkan pemakaiannya pada kehamilan.
ü
Kuinolon
Obat yang menjadi pilihan adalah ofloksasin 400 mg, siprofloksasin 500 mg, secara oral. Di Asia (termasuk Indonesia) dan Amerika Utara sudah mulai dijumpai kepekaan yang menurun terhadap kuinolon. Levofloksasin generasi terbaru kuinolon dapat dianjurkan untuk pengobatan gonore dengan dosis 250 mg per oral dosis tunggal. Kuinolon tidak boleh diberikan untuk wanita hamil dan menyusui.
Obat yang menjadi pilihan adalah ofloksasin 400 mg, siprofloksasin 500 mg, secara oral. Di Asia (termasuk Indonesia) dan Amerika Utara sudah mulai dijumpai kepekaan yang menurun terhadap kuinolon. Levofloksasin generasi terbaru kuinolon dapat dianjurkan untuk pengobatan gonore dengan dosis 250 mg per oral dosis tunggal. Kuinolon tidak boleh diberikan untuk wanita hamil dan menyusui.
No comments:
Post a Comment