Showing posts with label Forensik. Show all posts
Showing posts with label Forensik. Show all posts

Monday, April 6, 2015

Referat Identifikasi Kematian akibat Trauma Listrik (Bagian 7)

DAFTAR PUSTAKA 
  1.  Idries, AM. Pedoman Ilmu Kedokteran Forensik. Jakarta: Bina Rupa Aksara. 1997 
  2. Budiyanto, A., Widiatmaka, W., Sudiono, S. Ilmu Kedokteran Forensik. Jakarta: /bagian Ilmu Kedokteran Universitas Indonesia.1997 
  3. Fish RM. (2004) Electrical injuries. In: Tintinalli JE, Kelen GD, Stapczynski JS, Ma OJ, Cline DM, eds. Emergency Medicine: A Comprehensive Study Guide. 6th ed. New York, NY: McGraw-Hill: chap 201. 
  4. Martina NR, Wardhana A. Mortality Analysis of Adult Burn Patient. Jurnal Plastik Rekonstruksi: 2013; 2; 96-100 
  5. Dalley BJ. Electrical Injuries. [citied 2014 November 30]. Avaible from: http://emedicine.medscape.com/article/433682-overview 
  6. Cushing TA. Electrical Injuries in Emergency Medicine. [citied 2014 November 30]. Diakses dari : http://emedicine.medscape.com/article/770179–overview pada tanggal 30 November 2014 Pukul 20.00 WIB 
  7. Tahlium, M.L et al. Trauma Listrik. Makasar; Universitas Hasanuddin.2008 
  8. Klein, MB. Thermal, Chemical, and Electrical Injuries. Lippincot Williams and Wilkins, Grabb and Smith’s Plastic Surgery, Sixth Edition. 2007; p.135 
  9. Apuranto H, Padmasari M, Horas G, Suhadak MA, Nastiti YD, Rizky RW, Arifin S. Tugas Dokter dalam Menangani Korban Meninggal karena Trauma Listrik. Departeman / Instalasi Ilmu Kedokteran Forensik  dan Medikolegal Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga Rsud dr.Soetomo Surabaya. 2013 
  10. Mansyoer Arif, dkk. Luka Akibat Listrik dalam Kapita Selekta Kedokteran jilid II, Edisi 3. Media Aesculapius. Jakarta. 2001; p.222-3 
  11. Ramdhani M. Konsep Rangkaian Listrik. Diakses dari http://www.bsn.or.id/files/sni/SNI04-6267.446-2003.pdf pada tanggal 30 November 2014 pada pukul 22.00 WIB 
  12. Wright RK. Electrical Injuries. Diakses dari http:// www.emedicine.com/EMERG/topic162.htm - 105k pada tanggal 30 November 2014 pukul 17.45 WIB 
  13. Subrahmanyam, Electrical Burn Injuries; Annals of Burn and Fire Disaster vol 17. Diakses dari : http://www.medbc.com pada tanggal 1 Desember 2014 Pukul 19.00 WIB 
  14. Sjamsuhidajat R, Jong WD. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi 2. Jakarta: EGC.2004
  15.  Gabriel, J. Fisika Kedokteran. Jakarta; EGC.1996
  16. Dahlan S. Ilmu Kedokteran Forensik. Semarang; Badan Penerbit Universitas Diponegoro.2007


Referat Lengkap

Monday, March 30, 2015

Referat Identifikasi Kematian akibat Trauma Listrik (Bagian 6)

1.7. IDENTIFIKASI KEMATIAN AKIBAT TRAUMA LISTRIK
1.7.1. PEMERIKSAAN TEMPAT KEJADIAN PERKARA
Korban mungkin ditemukan amasih dalam keadaan sedang memegang benda yang membuatnya kena listrik. Yang perlu dilakukan pertama kali adalah mematikan arus listrik atau menjauhkan korban dari arus listrik.. Lalu kemudian korban diperiksa apakah hidup atau sudah meninggal dunia. Bilamana belum ada lebam mayat, maka mungkin korban dalam keadaan mati suri dan perlu diberi pertolongan segera yaitu pernafasan buatan dan pijat jantung dan kalau perlu segera dibawa ke Rumah sakit. Pernafasan buatan ini jika dilakukan dengan baik dan benar masih merupakan pengobatan utama untuk korban akibat listrik. Usaha pertolongan ini dilakukan sampai korban menunjukkan tanda-tanda hidup atau tanda-tanda kematian pasti.10

1.7.2. PEMERIKSAAN LUAR
a. PETIR
Seseorang yang disambar petir pada tubuhnya terdapat kelainan yang disebabkan oleh faktor arus listrik, faktor panas dan faktor pemindahan udara.1,7, 8,9
1. Efek Listrik
o   Ada tanda listrik (electrick mark)
o   Aborecence mark : gambaran seperti percabangan pohon oleh karena vasodilatasi pembuluh darah vena pada kulit akibat bersentuhan dengan petir, gambaran ini akan menghilang setelah beberapa jam 7
 
Gambar 2.4. Aborecence mark 1,8,9

Monday, March 23, 2015

Referat Identifikasi Kematian akibat Trauma Listrik (Bagian 5)

1.5.1. PENYEBAB KEMATIAN PADA LUKA BAKAR LISTRIK

     Arus listrik bisa menyebabkan terjadinya cedera atau kematian melalui 3 cara:
1.      Henti jantung (cardiac arrest) akibat efek listrik terhadap jantung.
2.      Perusakan otot, saraf dan jaringan oleh arus listrik yang melewati tubuh.
3.      Luka bakar termal akibat kontak dengan sumber listrik

Pada kasus kematian pada luka bakar listrik mekanisme kematian dapat disebabkan oleh beberapa hal:9
a.       Fibrilasi ventrikel
        Pada manusia arus yang mengalir sedikitnya 70 mA dalam waktu 5 detik dari lengan ke tungkai akan menyebabkan fibrilasi. Yang paling berbahaya adalah jika arus listrik masuk ke tubuh melalui tangan kiri dan keluar melalui kaki yang berlawanan/kanan. Kalau arus listrik masuk ke tubuh melalui tangan yang satu dan keluar melalui tangan yang lain maka 60% yang meninggal dunia. 9

Monday, March 16, 2015

Referat Identifikasi Kematian akibat Trauma Listrik (Bagian 4)

1.5. PATOFISIOLOGI
Energi listrik membutuhkan aliran energi (elektron-elektron) dalam perjalanannya ke objek. Semua objek bisa bersifat konduktor (menghantarkan listrik) atau resistor (menghambat arus listrik). Kulit berperan sebagai penghambat arus listrik yang alami dari sebuah aliran listrik. Selain itu pembuluh darah, sel saraf, membran mukosa, dan otot adalah penghantar listrik yang baik. Dengan adanya luka listrik , pada sayatan melintang akan memperlihatkan kerusakan jaringan.1,9 Elektron akan mengalir secara abnormal melewati tubuh yang menyebabkan perlukaan ataupun kematian dengan cara depolarisasi otot dan saraf, menginisiasi aliran listrik abnormal yang dapat menggangu irama jantung dan otak, atau produksi energi listrik menyebabkan luka listrik dengan cara pemanasan yang menyebabkan nekrosis dan membentuk porasi (membentuk lubang di membran sel).12 Aliran sel yang melewati otak, baik tegangan tinggi atau tegangan rendah, dapat menyebabkan penurunan kesadaran dan secara langsung menyebabkan depolarisasi sel-sel saraf otak. Arus bolak balik dapat menyebabkan fibrilasi ventrikel jika aliran listrik melewati daerah dada. Hal ini dapat terjadi saat aliran listrik mengalir dari tangan ke tangan, tangan ke kaki, atau dari kepala ke tangan/kaki. 10,11

Monday, March 9, 2015

Referat Identifikasi Kematian akibat Trauma Listrik (Bagian 3)

1.4. KLASIFIKASI DERAJAT LUKA
Ada 3 derajat dari beratnya luka bakar pada luka akibat  listrik 7,8 :
Gambar 2.2 Derajat Luka Bakar

  1. Luka Bakar Derajat I
-          Kerusakan terbatas pada lapisan epidermis (superficial)
-          Kulit kering, hiperemis berupa eritem
-          Tidak dijumpai bulla
-          Nyeri karena ujung-ujung saraf sensoris teriritasi
-          Sembuh spontan dalam 5-10 hari

  1.  Luka bakar derajat II
-          Kerusakan meliputi epidermis dan sebagian dermis, berupa reaksi inflamasi disertai proses eksudasi
-          Dijumpai bulla
-          Nyeri karena ujung-ujung saraf sensorik teriritasi
-          Dasar luka berwarna merah atau pucat sering terletak lebih tinggi di atas kulit normal.
-          Dibedakan menjadi dua :

Monday, March 2, 2015

Referat Identifikasi Kematian akibat Trauma Listrik (Bagian 2)

1.2. EPIDEMIOLOGI
Secara umum, luka bakar merupakan masalah Kesehatan yang serius. Diperkirakan 195.000 terjadi kematian akibat luka kebakaran setiap tahunnya. Sebagian besar akibat luka kebakaran dan luka bakar listrik. Luka bakar temasuk 15 penyebab kematian terbanyak pada anak-anak dan dewasa muda dengan kisaran sekitar 5-29 tahun. Asia tenggara diperkirakan menyumbang setengah dari total angka kematian akibat kebakaran.4
Data dari “Burn Center” Rumah Sakit Cipto Mangunkusoma Jakarta dari tanggal 1 januari 2011 – 31 Desember 2012, didapatkan 275 angka kejadian luka bakar dan sekitar 73% adalah orang dewasa. Dan angka kejadian laki-laki sekitar 76,3%. 4
Penyebab Luka Bakar (data dari Burn Center RSCM, Jakarta)
Data di Amerika Serikat, diperkirakan sekitar 500-1000 kematian akibat luka listrik dari 3000 kasus yang datang ke pust-pusat luka bakar setiap tahunnya sedangkan luka listrik petir menyababkan 50-300 kematian. Mencapai 40 angka kejadian luka listrik merupakan hal yang serius.5,6

Monday, February 23, 2015

Referat Identifikasi Kematian akibat Trauma Listrik (Bagian 1)

 Identifikasi Kematian akibat Trauma Listrik
Amelia, R dkk

1.1. DEFINISI
Mati menurut ilmu kedokteran didefinisikan sebagai berhentinya fungsi sirkulasi dan respirasi secara permanen (mati klinis). Dengan adanya perkembangan teknologi ada alat yang bisa menggantikan fungsi sirkulasi dan respirasi secara buatan. Oleh karena itu definisi kematian berkembang menjadi kematian batang otak. Brain death is death. Mati adalah kematian batang otak.1
Suatu kehidupan seseorang berlangsung dengan tiga sistem yang mempengaruhinya. Ketiga sistem utama tersebut antara lain sistem persarafan, sistem kardiovaskuler dan sistem pernapasan. Ketiga sistem itu sangat mempengaruhi satu sama lainnya, ketika terjadi gangguan pada satu sistem, maka sistem-sistem yang lainnya juga akan ikut berpengaruh.  Dalam tanatologi dikenal beberapa istilah tentang mati, yaitu mati somatis (mati klinis), mati suri, mati seluler, mati serebral dan mati otak (mati batang otak).1
Mati somatis (mati klinis) ialah suatu keadaan dimana oleh karena sesuatu sebab terjadi gangguan pada ketiga sistem utama tersebut yang bersifat menetap.  Pada kejadian mati somatis ini secara klinis tidak ditemukan adanya refleks, elektro ensefalografi (EEG) mendatar, nadi tidak teraba, denyut jantung tidak terdengar, tidak ada gerak pernapasan dan suara napas tidak terdengar saat auskultasi.1

Saturday, December 6, 2014

Autopsi



Autopsi adalah pemeriksaan terhadap tubuh mayat, yang meliputi pemeriksaan terhadap bagian luar maupun bagian dalam, dengan tujuan menemukan proses penyakit atau adanya cedera, melakukan interpretasi atas penemuan-penemuan tersebut, menerangkan penyebab kematian serta mencari hubungan sebab akibat antara kelainan-kelainan yang ditemukan dengan penyebab kematian.

Di dalam Autopsi dikenal beberapa istilah yang sering digunakan, yaitu:
·         Sebab kematian     : Penyakit, cedera, atau luka yang dianggap bertanggung jawab atas terjadinya kematian
·         Cara kematian       : macam kejadian yang menimbulkan penyebab kematian. Cara kematian dianggap wajar apabila terjadi akibat semata-mata karena suatu penyakit, dan disebut tidak wajar apabila akibat cedera, luka, atau keracunan.
·         Mekanisme kematian        : gangguan fisiologis atau biokimia yang ditimbulkan oleh penyebab kematian sedemikian rupa sehingga seseorang tidak dapat terus hidup. Sebagai contoh adalah infeksi, pendarahan, emboli, dll

Berdasarkan tujuannya autopsy dibagi menjadi
1.      Autopsi klinik
Tujuannya untuk menentukan penyebab kematian yang pasti, menganalisis kesesuaian antara diagnosa klinis dan diagnosa post mortem, pathogenesis penyakit, dan sebagainya. Untuk autopsy ini mutlak membutuhkan izin dari keluarga atau kerabat terdekat mayat tersebut. Sebaiknya autopsy ini dilakukkan secara lengkap, namun dapat juga dilakukan secara parsial.
2.      Autopsy forensic/medikolegal
Autopsi jenis ini dilakukan kepada mayat yang meninggal dengan tidak wajar, seperti korban kecelakaan, pembunuhan, dan bunuh diri. Autopsi jenis ini harus dilakukan sesegera mungkin, lengkap, oleh dokter sendiri, dan seteliti mungkin. Tujuan dilakukan autopsy ini yaitu
·        Membantu penentuan identitas mayat
·       Menentukan sebab pasti kematian, mekanisme kematian, dan saat kematian.
·    Mengumpulkan dan memeriksa benda bukti untuk penentuan odentitas benda penyebab dan pelaku kejahatan
·        Membuat laporan tertulis yang objektif berdasarkan fakta dalam bentuk visum et repertum
3.      Autopsy anatomi
Autopsy anatomy biasanya dilakuakan kepada korban meninggal akibat penyakit tertentu, atau oleh mahasiswa kedokteran untuk mempelajari anatomi manusia. Untuk autopsy ini harus mendapatkan izin dari mayat tersebut (Sebelum meninggal) atau keluarga terdekatnya. Untuk kondisi darurat, jika dalam 2 x24 jam seorang jenazah tidak ada keluarganya maka tubuh dapat dimanfaatkan untuk autopsy anatomi.

Persiapan sebelum Autopsi forensic
1.   Melengkapi surat-surat yang berhubungan dengan autopsy yang akan dilakukan, termasuk izin dari keluarga, surat permintaan visum et repertum
2.      Memastikan bahwa mayat yang akan diautopsi sesuai dengan surat yang dimaksud
3.   Mengumpulkan informasi yang berhubungan dengan kematian korban selengkap –lengkapnya. Hal ini untuk memberi petunjuk pemeriksaan dan jenis pemeriksaan penunjang apa yang harus dilakukan.
4.     Memastikan semua alat yang dibutuhkan telah tersedia.

Related Post

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...