DEFINISI
Urtikaria ialah reaksi vaskuler di kulit
akibat bermacam-macam sebab, biasanya ditandai dengan edema setempat yang cepat
timbul dan menghilang perlahan-lahan,
berwarna pucat dan kemerahan, meninggi di permukaan kulit, sekitarnya dapat
dikelilingi halo. Keluhan subyektif biasanya gatal, rasa tersengat atau
tertusuk.
EPIDEMIOLOGI
Urtikaria
sering dijumpai pada semua umur, orang dewasa lebih banyak mengalami urtikaria
dibandingkan dengan usia muda. Tidak ada perbedaan frekuensi jenis kelamin,
baik laki-laki maupun perempuan. Umur rata-rata penderita urtikaria ialah 35
tahun, jarang dijumpai pada umur kurang dari 10 tahun atau lebih dari 60 tahun.
ETIOLOGI
Pada penyelidikan ternyata hampir
80% tidak diketahui penyebabnya. Diduga penyebab urtikaria bermacam-macam,
diantaranya:
1. Makanan
Peranan makanan ternyata lebih
penting pada urtikaria akut, umumnya akibat reaksi imunologik. Makana berupa
protein atau bahan lain yang dicampurkan ke dalamnya seperti zat warna,
penyedap rasa, atau bahan pengawet, sering menimbulkan urtikaria alergika
Contoh makanan yang sering
menimbulkan urtikaria adalah telur, ikan, kacang, udang, coklat, tomat, arbei,
babi, keju, bawang, dan semangka; bahan yang dicampurkan seperti asam nitrat,
asam benzoat, ragi, salisilat, dan penisilin.
2. Obat-obatan
Bermacam-macam obat dapat menimbulkan urtikaria, baik secara imunologik
maupun nonimunologik. Contoh: obat-obat golongan penisilin, sulfonamid,
analgesik, pencahar, hormon, diuretik, kodein, opium, zat kontras, aspirin.
3. Gigitan/ sengatan serangga
Dapat menimbulkan urtika setempat, agaknya hal ini lebih banyak
diperantarai oleh IgE (tipe I) dan tipe selular (tipe IV).
4. Bahan fotosensitizer
Sering menimbulkan urtikaria, misalnya: griseofulvin, fenotiazin,
sulfonamid, bahan kosmetik.
5. Inhalan
Inhalan berupa serbuk sari bunga (polen), spora jamur, debu, bulu
binatang, dan aerosol, umumnya lebih mudah menimbulkan urtikaria alergik (tipe
I). Reaksi ini sering dijumpai pada penderita atopi dan disertai gangguan
nafas.
6.
Kontaktan
Kontaktan yang sering menimbulkan urtikaria adalah kutu binatang,
serbuk tekstil, air liur binatang, tumbuh-tumbuhan, buah-buahan, bahan-bahan
kimia, misalnya insect repellent
(penangkis serangga), dan bahan kosmetik.
7.
Trauma fisik
Dapat
diakibatkan oleh:
·
Faktor dingin à berenang atau memegang benda dingin
·
Faktor panas à sinar matahari, sinar UV, radiasi, dan panas pembakaran
·
Faktor tekanan à goresan, pakaian ketat, ikat pinggang, air yang menetes atau semprotan
air, dan tekanan berulang-ulang (pijatan)
·
Keringat
·
pekerjaan berat
·
demam
·
emosi
8.
Infeksi dan infestasi
Masih merupakan pertanyaan, apakah urtikaria timbul karena toksin
bakteri atau pun oleh sensitisasi.
9.
Psikis
Tekanan jiwa dapat memicu sel
mast atau langsung menyebabkan peningkatan permeabilitas dan vasodilatasi
kapiler.
10.
Genetik
Faktor
genetik berperan penting pada urtikaria dan angioedema, walaupun jarang
menunjukkan penurunan autosomal dominan
11.
Penyakit sistemik
Beberapa
penyakit sistemik yang sering disertai urtikaria antara lain: limfoma hipertiroid,
hepatitis, urtikaria pigmentosa, artritis pada demam reumatik, dan artritis
reumatoid juvenils
KLASIFIKASI
Terdapat bermacam-macam paham penggolongan urtikaria
diantaranya yaitu :
1. Berdasarkan onset serangan
a. Urtikaria akut
Serangan berlangsung dalam beberapa jam sampai 6 minggu atau
berlangsung selama 4 minggu tapi muncul tiap hari.
b. Urtikaria kronis
Serangan berlangsung berulang-ulang dan terjadi selama lebih dari 6
minggu, berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun
2.
Berdasarkan morfologi klinis
a. Urtikaria papular
b. Urtikaria gutata
c. Urtikaria girata
3.
Berdasarkan mekanisme terjadinya
a. Urtikaria atas dasar reaksi imunologik
ü
Tergantung pada IgE (reaksi alergik tipe I)
● Pada atopi
● Sensitivitas antigen spesifik (polen,obat, makanan,dll)
● Fisik : dermografisme, getaran, dingin,cahaya, dll.
● Kontak
ü
Ikut sertanya komplemen
● Reaksi sitotoksik (reaksi alergi tipe II)
● Reaksi kompleks imun (reaksi alergi tipe III)
● Defisiensi C1 esterase inhibitor
(genetik)
b. Urtikaria atas dasar reaksi nonimunologik
ü Langsung memacu sel mast, sehingga terjadi pelepasan mediator (misalnya
obat golongan opiat dan bahan kontras)
ü Bahan yang menyebabkan perubahan metabolisme asam arakidonat (misalnya
aspirin, obat anti inflamasi nonsteroid, golongan azodyes)
ü Trauma fisik, misalnya dermografisme, rangsangan dingin, panas atau
sinar dan bahan kolinergik.
c. Urtikaria yang tidak jelas penyebab dan mekanismenya, digolongkan
idiopatik.
PATOGENESIS
Urtikaria terjadi karena vasodilatasi dan peningkatan permeabilitas
kapiler yang meningkat, menyebabkan transudasi cairan dan protein. Transudasi
cairan menyebabkan pengumpulan cairan setempat sehingga secara klinis tampak
udem dan kemerahan. Vasodilatasi dan peningkatan permeabilitas kapiler terjadi
akibat pelepasan mediator-mediator seperti histamin, kinin, serotonin, slow
reacting substance of anaphylaxic (SRSA), prostaglandin oleh sel mast atau
basofil.
Sedangkan penyebab pelepasan mediator-mediator tersebut dapat berupa
faktor imunologik maupun non imunologik yang merangsang sel mast dan atau
basofil.
Faktor non imunologik berperan dengan cara memacu sel mast secara
langsung, dan mungkin terkait dengan peranan siklik AMP. Selain lewat pelepasan
mediator, ada juga beberapa keadaan seperti demam, panas, emosi dan alkohol
yang berpengaruh pada pembuluh darah secara langsung sehingga terjadi
vasodilatasi dan peningkatan permeabilitas.
Faktor imunologik berperan pada urtikaria baik melewati peranan igE
(reaksi alergik tipe I), lewat peran
komplemen (reaksi alergi tipe II dan III), maupun lewat kontak langsung (reaksi
alergi tipe IV). Defisiensi C1 esterase
inhibitor secara genetik juga berpengaruh terhadap urtikaria.
Selain melalui mekanisme-mekanisme diatas masih banyak mekanisme
timbulnya urtikaria yang lain yang masih belum bisa dijelaskan atau diketahui
prosesnya.
GEJALA KLINIS
Keluhan subyektif biasanya gatal, rasa terbakar dan rasa tertusuk.
Klinis tampak eritem dan udem setempat berbatas tegas (urtika), bentuknya dapat
papular, besarnya dapat lentikular, numular, sampai plakat. Bila mengenai jaringan yang
lebih dalam sampai dermis dan jaringan subkutan atau submukosa dan juga
mengenai alat-alat dalam seperti saluran pencernaan dan nafas disebut
angioedema.
Pada dermografisme lesi khas berupa edem
dan eritem yang linear di kulit yang timbul sekitar 30 menit setelah terkena
goresan benda tumpul.
DIAGNOSIS PENUNJANG
Walaupun melalui anamnesis yang teliti dan pemeriksaan klinis mudah
ditegakkan diagnosis urtikaria, beberapa pemeriksaan diperlukan untuk menentukan
penyebabnya, misalnya:
1.
Pemerikasaan darah, urin, dan
feses rutin untuk menilai ada tidaknya infeksi yang tersembunyi atau kelainan
pada alat dalam. Cryoglobulin dan cold hemolysin perlu diperiksa pada dugaan
urtikaria dingin.
2.
Pemerikasaan gigi,
telinga-hidung-tenggorok, serta usapan vagina perlu untuk menyingkirkan adanya
infeksi fokal.
3.
Pemerikasaan kadar IgE, eosinofil
dan komplemen.
4.
Tes kulit, meskipun terbatas
kegunaannya dapat dipergunakan untuk membantu diagnosis. Uji gores (scratch
test) dan uji tusuk (prick test), serta tes intradermal dapat
dipergunakan untuk mencari alergen inhalan, makanan dermatofit dan kandida.
5.
Tes eleminasi makanan dengan cara
menghentikan semua makanan yang dicurigai untuk beberapa waktu, lalu mencobanya
kembali satu demi satu.
6.
Pemeriksaan histopatologis,
walaupun tidak selalu diperlukan, dapat membantu diagnosis. Biasanya terdapat
kelainan berupa pelebaran kapiler di papilla dermis, geligi epidermis mendatar,
dan serat kolagen membengkak. Pada tingkat permulaan tidak tampak infiltrasi
selular dan pada tingkat lanjut terdapat infiltrasi leukosit, terutama di
sekitar pembuluh darah.
7.
Pada urtikaria fisik akibat sinar
dapat dilakukan tes foto tempel.
8.
Suntikan mecholyl intradermal
dapat digunakan pada diagnosis urtikaria kolinergik.
9.
Tes dengan es (ice cube test)
10.
Tes dengan air hangat
DIAGNOSIS
Dengan anamnesis yang teliti dan
pemeriksaan klinis yang cermat serta pembantu diagnosis diatas, agaknya dapat
ditegakkan diagnosis urtikaria dan penyebabnya. Walaupun demikian hendaknya
dipikirkan pula beberapa penyakit sistemik yang sering disertai urtikaria.
DIAGNOSIS BANDING
Urtikaria
kronik harus dibedakan dengan purpura anafilaktoid, pitiriasis rosea bentuk
papular, dan urtikaria pigmentosa.
PENGOBATAN
Pengobatan yang paling ideal adalah mengobati penyebab atau bila
mungkin menghindari penyebab yang dicurigai. Bila tidak mungkin paling tidak
mencoba mengurangi penyebab tersebut dengan mengurangi penggunaan atau kontak
dengan penyebabnya.
Terdapat 3 jenis obat yang cukup baik untuk mengontrol gejala pada
urtikaria yakni antihistamin, agen simpatomimetik dan kortikosteroid.
1. Anti Histamin
Pengobatan dengan antihistamin pada urtikaria sangat bermanfaat. Cara
kerja antihistamin telah diketahui dengan jelas, yaitu menghambat
histamin-histamin pada reseptor-reseptornya. Berdasarkan reseptor yang
dihambat, antihistamin dibagi menjadi dua kelompok besar yaitu antagonis
reseptor H1
(antihistamin 1, AH1) dan antagonis reseptor H2 (AH2).
Drug of choice untuk mengontrol urtikaria adalah
antihistamin H1. Banyak jenis
pilihan yang tersedia untuk kelompok ini. Tiap-tiap kelompok mempunyai
perbedaan profil efek. Pilihan tergantung kebutuhan pasien dan kemampuan
toleransi terhadap AH H1.
Pada umumnya efek antihistamin terlihat dalam
waktu 15-30 menit setelah pemakaian oral dan mencapai puncaknya pada 1-2 jam,
sedangkan lama kerja bervariasi dari 3-6 jam.
Antihistamin H1 klasik dibagi atas 6 kelompok
yaitu etanolamin, etilendiamin, alkilamin, piperazin, fenotiazin, dan kelompok
tambahan (hidroksin, hidroklorid, siproheptadin). Sedasi atau rasa ngantuk
merupakan efek samping yang paling sering dialami para pengguna AH H1 klasik.
Saat ini telah dikembangkan antihistamin H1
generasi kedua yang efek sedasinya rendah, seperti terfenadin (fexofenadin),
astemizol, mequitazine (antihistamin nonklasik).
2. Anti-enzim
Dimaksudkan untuk menekan aktivitas plasmin yang timbul
pada perubahan reaksi antigen antibodi, misalnya anti plasmin. Preparat yang
digunakan adalah ipsilon. Obat lain adalah trasilol, hasilnya 44% memuaskan.
3. Desensitisasi
Misalnya:
ü
Pada urtikaria dingin dengan
melakukan sensitisasi air pada suhu 10°C (1-2 menit) 2 kali sehari selama 2-3
minggu
ü
Pada alergi debu, serbuk sari
bunga dan jamur, desensitisasi mula-mula dengan alergen dosis kecil 1 minggu 2
kali, dosis dinaikkan dan dijarangkan perlahan-lahan sampai batas yang dapat
ditoleransi oleh penderita
4. Eliminasi Diet
Dicobakan pada yang sensitif terhadap makanan
5. Pengobatan lokal di kulit
Dapat diberikan secara simtomatik, misalnya
anti pruritus di dalam bedak atau bedak kocok
PROGNOSIS
Urtikaria
akut prognosisnya lebih baik karena penyebabnya cepat dapat diatasi. Urtikaria
kronik lebih sulit diatasi karena penyebabnya sulit dicari. Pada angioedema
kematian hampir 30 % terjadi disebabkan karena obstruksi saluran napas.